Senin, 13 Juli 2015

KONSEP HIDUP SESUDAH MATI




Bismillahirrahmanirrahim. Segala kehormatan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah. Salam rahmat dan berkah Allah kami panjatkan kepadamu wahai Nabi Muhammad. Salam keselamatan semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang saleh-saleh.

Jika kita tidak pernah melihat masa lalu (sejarah Islam). Kita tidak akan tahu kesalahan atau kelemahan kita. Ke depan kita tidak tahu bagaimana memperbaiki kesalahan. Pada akhirnya, mungkin saja kita telah tersesat. Tetapi kita tidak menyadarinya. Itu adalah sesuatu yang buruk dan kerugian yang besar. Belajarlah banyak tentang sejarah Islam! Agar kita mendapatkan suatu pengetahuan, pencerahan dan juga kebenaran.

Kami menemukan banyak terjadi kesalahan yang dilakukan oleh umat Islam, karena ketidaktahuan. Kami mencoba menuliskan kembali, apa-apa yang telah menjadi pesan dari para pendahulu kita, orang terbaik dan orang-orang pilihan di masanya. Dengan harapan sebagai media pengingat dan pembelajaran untuk memperbaiki keadaan lingkungan dan masyarakat di sekitar. Dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Dari yang awalnya salah menjadi benar. Dari yang awalnya buruk menjadi lebih baik. Dari yang awalnya miskin menjadi lebih kaya. Semoga media ini bermanfaat bagi banyak orang. Insyaallah.

Membicarakan Orang Yang Telah Mati

Rasulullah SAW bersabda: “Roh Kudus (Malaikat Jibril) pernah mengilhamkan kepadaku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai ia mendapatkan seluruh bagian rezekinya (yang telah ditetapkan baginya). Maka bertaqwalah kepada Allah dan carilah rezeki  dengan cara yang baik, karena ia tidak akan mendapatkan apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan taat kepada-Nya. Dan Allah menjadikan semangat dan gembira  di dalam ridha dan yakin, serta menjadikan rasa penat dan sedih di dalam keraguan  dan amarah.”  (HR.  Abu Nu’aim)

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak termasuk umat kami yang sempurna orang yang menampar pipinya sendiri, merobek-robek leher bajunya sendiri dan meratapi mayat sebagaimana kebiasaan orang-orang jahiliyah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Aisyah RA bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Janganlah kamu memaki orang-orang yang telah mati, maka telah berlalu bagi mereka apa yang telah mereka kerjakan.” (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu mengatakan tentang mereka yang mati di antaramu kecuali dengan baik. Jika mereka termasuk orang-orang ahli surga, maka kamu termasuk orang-orang yang berdosa. Dan jika mereka termasuk penduduk neraka, maka cukuplah siksaan di dalamnya buat mereka.” (HR. Bukhari  dan Muslim).

Dari Anas bin Malik RA: “‘Suatu hari jenazah telah dibawa melewati Rasulullah SAW, lalu orang-orang telah menyatakan bahwa mereka termasuk orang yang buruk.’ Lalu Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang yang mati tersebut mendapatinya.’ Kemudian telah berlalu jenazah lain lalu mereka memuji sebagai orang yang baik. Rasulullah SAW bersabda, ‘Dia akan mendapati yang baik.’ Maka bertanyalah Umar tentang hal tersebut, kemudian Nabi SAW bersabda, ‘Sesungguhnya kamu yang mengatakan kebaikan orang yang mati itu menyebabkan yang mati itu memasuki surga. Sedangkan pada orang mati yang kamu sebutkan keburukannya, maka menyebabkan baginya masuk neraka, sedangkan kamu adalah sebagai saksi-saksi pada Allah untuk mereka yang di bumi.’” (HR. Ahmad)

Dari Jundub bin Abdullah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Dahulu ada seorang  laki-laki dari umat sebelum kalian mengalami luka parah pada tubuhnya. Namun ia tidak sabar menahan rasa sakitnya. Maka ia mengambil sebilah pisau, lalu mengiris tangannya dengan pisau tersebut.  Darah pun tidak berhenti mengalir darinya hingga ia mati. Allah ta’aala berfirman: ‘Hamba-Ku mendahului-Ku dengan menyegerakan kematiannya, maka Aku mengharamkan Surga atasnya.”(HR. Bukhari)

Ziarah Kubur Dan Doa Untuk Mayit

Rasulullah SAW bersabda, “Dahulu aku melarang kalian dari ziarah kubur, (kini) siapa yang ingin berziarah maka hendaklah ia berziarah dan jangan kalian mengatakan perkataan yang buruk.” (HR. Ahmad dan Nasa’i)
Auf bin Malik berkata, “Rasulullah SAW bersabda menyalati jenazah, aku hafal doanya bahwa beliau mengatakan, “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkan dan ampunilah dosanya, muliakanlah tempatnya, luaskanlah jalan masuknya, gantilah untuknya negeri yang lebih baik dari negerinya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, istri yang lebih baik dari istrinya, masukkan ia ke dalam surga, lindungilah ia dari siksa kubur ---atau dari azab neraka---.” Sampai-sampaiaku berharap jika mayit itu adalah aku, karena doa Rasulullah SAW terhadap mayit tersebut. (HR. Muslim)

Kiamat Dan Kematian

Dari Abu Sail Al Khudri bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya mayat itu mengetahui orang yang memandikannya, yang memikulnya (membawanya) dan yang memasukkan ke dalam kuburannya.” (HR. Ahmad)

Rasulullah SAW, “Sesungguhnya umatku pada hari kiamat terkenal putih semua bagian anggota dari bekas wudhunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Manusia akan dibangkitkan pada hari Kiamat dalam tiga golongan yaitu (1) Berkendaraan; (2) Berjalan kaki; (3) Berjalan atas muka mereka.” Lalu seseorang mengatakan pada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, Bagaimanakah mereka berjalan atas muka mereka?” Maka  Nabi menjawab, “Pencipta yang dapat menjalankan seseorang menggunakan kakinya akan sanggup pula menjalankan seseorang dengan wajah mereka.” (HR. Tirmidzi, Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat di atas tanah yang berwarna putih seperti roti pipih yang bersih yang diatasnya tidak ada bendera pengenal bagi setiap orang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi SAW bersabda, “Manusia akan dibangkitkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, bertelanjang, dan tidak bersunat, peluh atau keringatnya hingga mulut mereka, dan sebagiannya sampai pada cuping telinganya.” Lalu Saudah istri Nabi SAW berkata, “Ya Rasulullah, alangkah jeleknya di antara kita yang saling berlihat-lihatan antara yang satu dengan yang lainnya.” Lalu Nabi menjawab, “Manusia pada waktu itu sangat sibuk dengan urusan mereka, dan setiap dari mereka pada hari itu memiliki urusan yang besar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 perkara yaitu : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana ia usangkan, tentang hartanya darimana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan, tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah SAW bersabda, “Manusia akan melalui titian Jahanam yang titian tersebut dikelilingi dengan pagar yang runcing mengait. Juga mengandung duri-duri, atau sesuatu yang menyambar-menyambar buat menyambar  orang-orang yang melaluinya baik dari kanan dan kiri, dan pada kedua sisinya pula terdapat malaikat yang berseru: ‘Ya Allah, selamatkan. Ya Allah, selamatkan.’ Maka sebagian manusia yang melaluinya ada yang berjalan secepat kilat. Sebagian mereka ada yang berjalan secepat angin. Sebagian lagi ada yang melaluinya secepat larinya kuda. Sebagian lagi ada yang berjalan agak cepat. Ada yang berjalan biasa. Ada pula yang merangkak. Ada yang berjalan merayap. Adapun yang menjadi penduduk neraka maka baginya tidak mati dan tidak hidup. Ada pula manusia  yang diambil karena dosa dan kesalahan-kesalahannya yang mereka terbakar dan menjadi arang, lalu kemudian mereka diizinkan untuk mendapatkan syafaat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penduduk Surga

Dari Abu Said al Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya  penduduk surga akan saling melihat pada orang-orang  yang tinggal di kamar-kamar  pada bagian atas mereka sebagaimana mereka melihat bintang-bintang yang melayang-layang dari timur ke barat untuk melihat keutamaan di antara mereka.” Para sahabat bertanya: “Apakah tempat para Nabi itu tidak akan dicapai oleh mereka yang lain?” Nabi menjawab: “Ya. Dan demi diriku yang ada di tangan Allah untuk mereka yang beriman kepada Allah dan  yang membenarkan para Rasul-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan oleh Aisyah  RA, Nabi SAW bersabda, “Tiada seorang pun yang masuk ke dalam surga lantaran amal-amalnya sendiri.” Beliau ditanya, “Termasuk Anda, ya Rasulullah?” Dia menjawab, “Ya, termasuk saya, kecuali jika Allah mengasihiku dengan rahmat-Nya dan meletakkan tangan-Nya di atas kepala-Nya.” (HR. Ahmad dan Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membelanjakan dengan sepasang dari harta bendanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari semua pintu surga, dan surga itu ada delapan pintu. Maka jika yang bersangkutan termasuk yang mendirikan shalat, maka dia akan dipanggil dari pintu shalat. Dan bagi yang mengerjakan puasa, maka akan dipanggil dari pintu puasa. Dan barangsiapa yang suka bersedekah maka yang bersangkutan akan dipanggil dari pintu sedekah. Dan barangsiapa yang pernah berjihad, maka ia akan dipanggil dari pintu jihad.”  (HR. Bukhari-Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya surga itu terdapat pintu yang bernama Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa masuk daripadanya pada hari kiamat dan seorang pun selain mereka tidak masuk daripadanya. Dikatakan, ‘Mana orang-orang yang berpuasa?’ Mereka pun berdiri dan tidak ada seorang dari selain mereka yang masuk daripadanya. Jika orang-orang yang telah masuk, pintu tersebut ditutup hingga tidak ada seorang pun selain mereka yang bisa masuk.” (Muttafaq Alaih)

Penduduk Neraka

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang paling ringan siksaan bagi penduduk neraka di hari kiamat yaitu orang tersebut memakai dua sandalnya dari api neraka itu lalu  mendidihlah otaknya dari panas kedua sandalnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya salah seorang di antara kamu terkadang beramal dengan amalan ahli surga, hingga jarak antara dirinya dengan surga tinggal satu hasta, namun catatan takdir telah mendahuluinya, hingga ia melakukan amalan ahli neraka, lantas ia pun masuk neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika sekiranya setetes dari makanan  zaqqum (buat  penduduk neraka) itu diteteskan pada segenap lautan dunia, maka akan rusaklah penduduk dunia ini bagi segenap kehidupan penduduknya, lalu bagaimanakah bagi orang yang makanannya dari makanan zaqqum tersebut.” (HR. Turmidzi dan Ibnu Majah)

Abu Hurairah RA berkata, “Kami bersama Rasulullah SAW, yang kemudian kami mendengar sesuatu yang jatuh, lalu Rasulullah SAW bertanya, ‘Tahukah kamu suara apa itu?’ Kami menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Nabi menjawab: ‘Itu adalah sebuah batu yang jatuh ke dalam neraka jahanam sejak 70 tahu lalu dan kini telah berakhir memasuki dasarnya.’” (HR. Muslim)

Pendapat Alam Kubur Menurut Para Sahabat Nabi

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa seseorang bertanyanya kepada Ali bin Abi Thalib RA: “Mengapakah anda mengunjungi (bertetangga) kuburan?” berkata: “Aku mengunjungi mereka yang berada di kuburan itu karena mereka adalah sebaik-baik tetangga.  Aku mendapati mereka sebagai tetangga yang benar, yang dapat menahan lidah dari berbicara yang buruk dan mengingatkan alam akherat.”

Maimun bin Marhan berkata, “Aku keluar bersama Umar bin Abdul Aziz menuju kuburan. Dan setelah dia melihat ke arah kuburan tersebut, lalu menangislah dia sambil menghadap padaku dan mengatakan: ‘Ini adalah kuburan nenek moyangku dari Bani Umayyah, yang kini sudah tidak menyertai segala kelezatan-kelezatan dunia dan kehidupan yang terjadi di sekelilingnya. Yang engkau sendiri tidak berhasil melihat mereka yang sedang bergulat dahulunya, tetapi kini mereka telah ditimpa kebinasaan.’ Kemudian Umar menangis dan mengatakan: ‘Demi Allah yang aku sendiri tidak mengetahui bagi orang yang telah diberi kenikmatan dalam kuburan ini, yaitu bagi mereka yang telah diselamatkan dari siksaan Allah.’”

Diriwayatkan bahwa Fatimah binti Husain telah melihat jenazah suaminya yaitu Hasan, yang kemudian mukanya lalu ditutup sambil mengatakan: “Mereka yang terkubur telah bercita-cita, tetapi kemudian mereka mendapatkan bencana, sedangkan bencana yang mereka terima adalah sangat besar.”

Muhammad bin Ahmad al-Marwarzi berkata: “Aku telah mendengar Ahmad bin Hanbal mengatakan, ‘Jika kamu memasuki kuburan, maka bacalah surat Al Fatihah, dan Surat Al Falaq, dan Surat An-Na dan Surat Al Ikhlas,  dan hadiahkan pahalanya pada ahli kubur maka sesungguhnya yang demikian itu adalah sebagai doa buat mereka.’”

**** Sumber : Konsep Hidup Sesudah Mati; Imam Al Ghazali; Penerbit Mekar Surabaya; 1986

Rabu, 03 Juni 2015

RASULULLAH SAW DAN PENGEMIS BUTA


Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata, “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya.”

Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW  menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang baginda wafat. Setelah kewafatan Rasulullah SAW tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi yang buta itu.

Suatu hari Abu Bakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA Beliau bertanya kepada anaknya, “Wahai anakku, adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?” Aisyah RA  menjawab pertanyaan ayahnya, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah, hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja.” “Apakah itu?” tanya Abu Bakar RA Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke hujung pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana,” kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abu Bakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar RA mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, “Siapakah kamu?” Abu Bakar RA menjawab, “Aku orang yang biasa.” “Bukan! engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” jawab si pengemis buta itu. “Apabila dia (Rasulullah SAW) datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu dia berikan padaku dengan mulutnya sendiri,” pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar RA tidak dapat menahan air matanya, dia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Dia adalah Muhammad Rasulullah SAW.” Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar RA, dia pun menangis dan kemudian berkata, “Benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, dia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, dia begitu mulia.” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar RA


Sumber:
http://www.islam2u.net/index.php?option=com_content&view=article&id=362:rasulullah-saw-dengan-pengemis-yahudi-yang-buta&catid=17:rasul-dan-nabi-allah&Itemid=73

Selasa, 19 Mei 2015

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Imam Syafi’i pernah berkata, “Pahamilah ilmu sebelum kalian menjadi pemimpin. Jika telah menjadi pemimpin, tidak ada lagi jalan untuk mendalami ilmu.”

Imam Malik (semoga Allah mengasihinya) berkata: “Jika ilmu tidak boleh dipelajari oleh orang banyak, maka ilmu itu tidak akan memberi manfaat kepada penguasa.”

Umar bin Kaththab RA berkata: “Belajarlah ilmu sebelum kalian menjadi pemimpin! Agar engkau tidak memimpin dengan kebodohanmu.”


Rasulullah SAW bersabda, “Ilmu itu menghidupkan Islam, dan tiang Iman. Dan barangsiapa mengajarkan ilmu, Allah sempurnakan pahalanya,  dan barangsiapa yang mempelajari ilmu lalu diajarkannya, Allah ajarkan dia apa-apa yang tidak ia ketahui.” (HR. Abu Syaikh)

Dari Sahl bin Sa’id, bahwa Nabi SAW bersabda kepada Ali, “Demi Allah, lebih baik bagimu jika Allah memberikan petunjuk kepada seseorang lewat dirimu, daripada keledai yang paling bagus.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Dan tiada berkumpul kaum di dalam suatu rumah Allah,  mereka membaca kitab dan  mempelajarinya bersama-sama, melainkan  diturunkan kepada mereka ketenangan hati  dan diselubungi mereka dengan rahmat.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang melalui suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Sesungguhnya para  malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena mereka ridha atas apa yang ia lakukan. Orang berilmu akan didoakan untuknya ampunan oleh yang ada di langit maupun yang ada di bumi sampai ikan yang ada dalam lautan. Keutamaan orang yang berilmu dengan orang yang beribadah adalah seperti keutamaan bulan dengan seluruh bintang-bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan nabi tidak pernah mewariskan dinar maupun dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, ia telah mendapatkan bagian yang sangat besar.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dan Ahmad)

Dalam hadist Qudsi Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang disibukkan oleh Al Qur’an dalam rangka berdzikir kepada-Ku, dan memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaan kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya, seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (HR. Turmidzi)

Perjalanan Para Sahabat dan Ulama Dalam Menuntut Ilmu :

Lukman Hakim berwasiat kepada anaknya, “Wahai anakku, duduklah dengan para ulama dan rapatkanlah lututmu dengan mereka karena Allah akan menghidupkan hati dengan cahaya hikmah sebagaimana Allah akan menghidupkan tanah yang gersang dengan curahan air hujan dari langit.”

Diriwayatkan  dari Ali bin Ahmad bin Umar Al Mugri dari Ismail bin Ali Al Khatbi, dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, “Aku bertanya kepada bapakku Rahimuhullah tentang orang yang menuntut ilmu. Apakah seharusnya ia belajar dengan satu orang yang banyak ilmunya ataukah keluar ke beberapa daerah dan belajar dari para ulama lain? Dia berkata, ‘Seharusnya ia keluar. Belajar dari ulama Kufah, Bahsrah, Makkah, Madinah, dan mendengar dari mereka.’”

Dari Mas’ud berkata, “Bagaimana jika kalian tertimpa fitnah, ketika anak kecil menjadi besar dan orang tua menjadi renta, bila kalian menjalankan suatu sunnah lalu pada suatu hari dirubah dan dikatakan sebagai kemungkaran?” Seseorang bertanya, “Kapankah hal itu terjadi?” Apabila telah sedikit orang yang bisa dipercaya dan banyaknya para penguasa, sedikitnya orang berilmu dan banyaknya qari, belajar bukan untuk agama, dan mencari dunia dengan amalan akherat.” 

Abu Hurairah RA, dia berkata, “Sesungguhnya manusia akan berkata, ‘Abu Hurairah sangat banyak meriwayatkan.’ Kalaulah tidak karena ayat dalam Al Qur’an, aku tidak akan menyampaikan satu hadist pun.” Kemudian ia membaca : “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan kebenaran. Maka, terhadap mereka itu Aku  menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Baqarah 2: 159-160)”   Sesungguhnya saudara-saudara kita dari kalangan Muhajirin sibuk berdagang di pasar dan saudara-saudara kita dari kalangan Anshar sibuk bekerja, sedangkan Abu Hurairah telah kenyang bersama Rasulullah SAW dan hadir saat-saat mereka tidak hadir serta menghafal apa yang mereka tidak hafal.’” 

An- Nawawi berkata, “Kami meriwayatkan dari Khatib Al Baghdadi Rahimamullah, dia berkata, ‘Al Bhukara Rahimamullah pergi menemui para ahli hadist yang ada di penjuru dunia. Dia belajar ke Khurasan, pegunungan, kota-kota di Irak seluruhnya, Hijaz, Syam, Mesir dan dia datang ke Irak beberapa kali. Kami juga meriwayatkan dari berbagai jalan dari Jafar bin Muhammad Al Quthun, dia berkata, ‘Aku mendengar Al Bhukara berkata, ‘Aku belajar kepada 1000 guru dari kalangan ulama, bahkan lebih. Aku tidak mempunyai satu hadistpun kecuali kusebutkan sanadnya.’’” 

Imam Syafi’i berkata, “Dahulu aku menyimak guru yang mengajarkan para muridnya dan aku menghafal apa  yang dikatakan, sedangkan ibuku tidak punya  apa-apa untuk membayar guru. Aku adalah seorang anak yatim. Guru itu membolehkanku untuk ikut bersamanya. Para murid menulis. Sebelum guru tersebut selesai dari mendiktekan, aku telah lebih dahulu menghafalkan apa yang kutulis.” Suatu hari guru itu berkata kepadaku, “Rasanya tidak halal bagiku mengambil sesuatu darimu.” Setelah pulang aku mengutip tembikar, pelepah kurma dan tulang unta. Aku menulis hadist padanya dan aku pergi ke tempat belajar  sambil mencari sisa-sisa kertas, dan aku  menyalinnya hingga penuh gentong milik ibuku dengannya.”