Jumat, 13 September 2013

MEMBESARKAN ANAK KREATIF



(Para Orang Tua Seharusnya Tahu)

Tahukah anda bahwa selama ini kita hanya menggunakan 3% dari seluruh kemampuan otak kita? Itu disebabkan karena sebagian besar kemampuan otak kita terkunci di dalam pikiran bawah sadar, yang merupakan bagian dari otak kanan. Sementara selama ini hampir seluruh kehidupan kita, baik mulai dari sekolah sampai kegiatan sosial sehari-hari, hanya menekankan pada kemampuan otak kiri.
Telah ditemukan bahwa keseimbangan otak kanan dan kiri pada awal kehidupan anak dapat meningkatkan kecerdasan  sampai batas maksimal. Salah satu unsur yang dikendalikan oleh otak kanan adalah daya kreativitas. Bagaimana mengembangkan daya kreativitas anak? Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan konsep dan gagasan yang sama sekali baru, berbeda dan unik, yang sebelumnya tidak ada pembuatnya.  Kreativitas bukanlah fantasi semata, namun harus mempunyai maksud dan tujuan.

Antara Kreativitas dan Inteligensi
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku intelegensi, karena merupakan manifestasi dari proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penilitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi pada IQ yang lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Mengapa bisa terjadi? J. P Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban, berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis, berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen. Walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
Seberapa pentingkah kreativitas?
Kreativitas sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial yang baik dan anak. Kreativitas juga dapat memberikan kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar bagi anak. Ini merupakan pengaruh penting dalam perkembangan kepribadiannya. Tidak ada yang memberi rasa puas yang lebih besar bagi anak, daripada menciptakan sesuatu sendiri. Dan tidak ada yang lebih mengurangi harga diri anak, daripada kritikan dan ejekan terhadap hasil kreasinya. Bahkan sekedar pertanyaan, “Sebenarnya itu bentuk apa sih?” terhadap bentuk kreasi yang dibuatnya. Perlu diingat, kreativitas merupakan suatu proses, buan suatu hasil. Kreativitas mengarah pada proses penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan unik bagi anak, baik itu berbentuk lisan atau tulisan, konkrit atau abstrak.
Dapatkah ditingkatkan?
Sampai saat ini, para ahli perkembangan anak belum dapat memastikan, manakah yang lebih banyak mengembangkan kreativitas anak, di antaranya faktor bawaan dan cara mendidik orang tua. Namun yang jelas, para ahli sependapat bahwa kreativitas anak dapat ditingkatkan. Bagaimana caranya?
Ø  Adanya waktu/kesempatan yang cukup
Agar menjagi kreatif, berikanlah anak kesempatan untuk bebas bermain-main dengan gagasan dan konsepnya, serta biarkan dia mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal. Kegiatan yang terlalu dibatasi hanya akan membuat kreativitasnya padam.
Ø  Kesendirian
Anak dapat menjadi kreatif bila ia tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial. Dengan adanya waktu dan kesempatan menyendiri, anak dapat mengembangkan kehidupan yang kaya imajinasi.
Ø  Dorongan
Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa, dorongan untuk menjadi kreatif sangat dibutuhkan. Selama ini, kebanyakan anak kreatif mendapatkan ejekan dan kritikan, karena hal baru dan aneh yang mereka hasilkan. Bimbingan dan dorongan dari lingkungan rumah dan sekolah yang diberikan semenjak dini, dapat menjadikan kreativitas sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara sosial.
Ø  Sarana
Sarana bermain yang tersedia dapat merangsang dan mendorong anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi dengan benda-benda disekelilingnya. Dua hal ini merupakan unsur penting yang mendukung kreativitas.
Ø  Kesempatan mendapat pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat anak, kreativitasnyapun akan semakin terasah. Doronglah anak untuk mau memanfaatkan waktunya untu mencari ilmu sebanyak-banyaknya, agar wawasan anak lebih berkembang!
Ø  Hubungan orang tua dan anak
Kreativitas dapat mempengaruhi oleh hubungan orang tua dan anak. Orang tua yang terlalu keras terhadap anak. Sementara, orang tua yang tidak terlalu melindungi (posesif) terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri. Dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas.
Biarkan Kreativitasnya Berkembang
Grub menjelaskan bahwa dalam satu tes, mereka memberikan beberapa pertanyaan sederhana. Misalnya,”Bagaimana Anda dapat menggunakan sepotong kertas?” Semakin banyak ataupun semakin asing  jawaban yang diberikan, maka mereka dianggap semakin kreatif. Tidak mengherankan, orang tua yang kreatif tampaknya mempunyai anak-anak yang lebih kreatif.
Dengan memusatkan perhatian pada cara orang tua mendidik, para peneliti merekam interaksi antara orang tua dan anak mereka saat sedang bermain. Mereka membuat asumsi bahwa orang tua dengan cara mendidik yang paling mendukung dan memungkinkan, akan mempunyai anak-anak paling kreatif. Memungkinkan berarti bersikap sangat fokus kepada anak, bertanya tentang apa yang ingin ia lakukan, mengapa begini atau begitu, serta hal lain yang seperti itu. Benarkah demikian?
Ternyata dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa asumsi yang mereka buat keliru. Gaya mendidik yang memungkinkan bukan hanya tidak ada kaitannya dengan tingkat kreativitas tertentu pada anak. Akan tetapi justru (meskipun tidak besar) cenderung menyebabkan berkurangnya kreativitas.  Malah gaya ini dapat berkembang menjadi sikap memaksa  yang membuat orang tua sering berkata, “ Jangan begitu, lakukan seperti ini”, dan tidak memberikan banyak pilihan kepada anaknya.
Riset Dr Dale Grubb menunjukkan bahwa anak yang orang tuanya benar-benar membiarkan mereka  akan menjadi lebih kreatif dibandingkan anak yang orang tuanya lebih banyak terlibat dalam proses kreativitas mereka. Sebaliknya, para orang tua yang suka mengajari berbagai hal kepada anak-anak mereka, cenderung mempunyai anak-anak yang kurang kreatif. Ini karena orang tua terlalu berlebihan mencoba terlibat dalam proses kreativitas anak.
Bagaimana kreativitas terhambat?
Sejak awal, kreativitas terlihat dari cara-cara bayi bermain dengan mainannya. Pada waktu itu, setiap hal yang menghalangi kreativitas dapat membekukan kreativitas. Apa saja itu?
·         Kurangnya Rangsangan
Kurangnya rangsangan dapat disebabkan dari ketidaktahuan orang tua tentang pentingnya kreativitas. Juga adanya anggapan orang tua bahwa kreativitas merupakan faktor bawaan, sehingga  alam akan membentuk kreativitas anak dengan sendirinya. Akibatnya rangsangan untuk kreatif sering diabaikan. Saat anak telah masuk sekolah, mereka baru memperoleh rangsangan yang pada saat itu mungkin sudah terlambat, karena anak telah terbiasa mengikuti pola yang telah diberikan orang lain, sehingga bertindak atau berpikir kreatif menjadi terlalu sulit.
·         Sikap negatif dari lingkungan
Gagasan yang aneh, tidak wajar dan terkadang tampak tidak masuk akal, seringkali identik dengan anak yang kreatif. Itu pula yang menyebabkan anak kreatif lebih banyak mendapatkan kritikan dari lingkungan.
·         Kurangnya penghargaaan
Kurangnya penghargaan tidak saja mengurangi kreativitas, namun lebih buruk lagi. Hal ini menunjang perilaku menyimpang dengan mengembangkan konsep diri yang negatif dalam diri anak. Beberapa anak yang kreatif, mungkin akan menarik diri dari lingkungan yang menganggap mereka negatif. Sementara anak yang lain menunjukkan sikap membangkang.

TIPS BERMAIN KREATIF
Menjadi kreatif, penting bagi anak kecil karena menambah makna dalam permainannya. Saat kreativitas dapat membuat menyenangkan, anak akan merasa bahagia dan puas. Dua hal ini akan membantu dalam menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.
Krativitas dalam diri anak dapat terbentuk dari aktivitas bermain dengan dukungan berbagai alat permainan. Beberapa tip berikut dapat anda pertimbangkan :
-          Hindari  alat-alat permainan yang memaksakan konsep struktur, atau membatasi kreativitas anak, misalnya memberikan boneka dengan pakaian lengkap, atau buku berwarna dengan gambar yang tinggal diwarnai. Jauh lebih baik berikan kepada mereka kertas putih yang polos, bukan buku mewarnai (dengan gambar-gambar yang telah diterapkan sebelumnya) dan biarkan mereka menemukan sendiri kemana mereka ingin pergi. Jangan biarkan anak kehilangan kesempatan untuk bermain yang dapat mendorong perkembangan kreativitasnya.
-          Pilihlah alat-alat permainan yang bentuknya lebih mudah dibentuk seperti lilin mainan. Kreativitas anak lebih banyak berkembang jika anak dibiarkan bermain sambil berimajinasi. Bentuk alat permainan balok-balok yang saling disambung hanya dapat membentuk bangunan persegi yang terbatas, tidak terlalu banyak mengembangkan daya kreativitas anak.
Satu hal yang paling sering diabaikan adalah memberikan penghargaan akan apapun hasil yang akan anak lakukan. Anak mungkin saja menggambar atau membuat sesuatu yang terlihat konyol atau tidak masuk akal, namun tetap berikan pujian karena mereka telah mencoba membuat sesuatu yang baru. Jika orang tua menghargai kreativitas anak dan memberikan dukungan tanpa terlalu mengarahkan, maka mereka mungkin akan mempunyai anak-anak yang lebih kreatif. Apalagi, bila mereka sendiri juga kreatif.
****
Ditulis ulang oleh : Taksaka Wulung – taksaka.foundation@gmail.com
Sumber :  Majalah Nikah Edisi 6/I/2002 Halaman 57-59
 
 


                                                                                                                                               


MANAJEMEN SAKIT HATI




Hampir setiap orang tentu pernah mengalami sakit hati dalam hidupnya. Baik dalam berkeluarga, berteman, maupun bermasyarakat. Sebagaimana sedih dan gembira, rasa yang satu ini adalah suatu kewajaran dalam hidup manusia. Apalagi, mengingat manusia adalah makhluk sosial, yang dalam setiap interaksinya tidak lepas dari kekhilafan.
Sebab-sebab datangnya perasaan ini pun bermacam-macam. Dari masalah sepele hingga masalah besar, dapat menjadi pemicunya. Misalnya berawal dari perbedaan pendapat, adanya konflik atau ketidakcocokan, hingga iri dan dengki. Bila perasaan ini dibiarkan terlalu lama bercokol dalam hati, maka bisa menjadi tidak sehatlah hati itu. Pemiliknya pun akan stres dan jauh dari keceriaan. Lebih jauh lagi, hal itu bisa menjauhkan dari Robb-Nya. Na’ udzubillaahi mindzalik.
Bagaimana memenej rasa sakit hati, agar tidak membuahkan dosa dan azab-Nya bagi kita sendiri? Allah dan Rosul-Nya telah mengajarkan kiat-kiat tersendiri yang dapat menjadi penawar, bila diamalkan. Apa sajakah itu?
Koreksi Diri
Sebelum kita menyalahkan orang lain, seharusnya kita melihat diri kita sendiri. Bisa jadi kita merasa tersakiti oleh saudara kita, padahal ia tak bermaksud menyakiti. Cobalah bertanya pada diri sendiri, mengapa saudara kita sampai bersikap demikian. Jangan-jangan kita sendiri yang telah membuat kesalahan.
Menjauhkan Diri Dari Sifat Iri, Dengki Dan Ambisi
Iri, dengki, dan ambisi adalah beberapa celah yang menjadi pintu bagi syetan untuk memasuki hati manusia. Ambisi yang berlebihan, dapat membuat seseorang buta dan tuli. Bila tidak dilandasi iman, seorang yang ambisius cenderung melakukan berbagai cara untuk mendapatkan ambisinya.
Demikian pula sifat iri dan dengki. Sifat ini berasal dari kecintaan terhadap hal-hal yang bersifat materi, kehormatan dan pujian. Manusia tidak akan pernah bisa tenang bila dalam hatinya ada sifat ini. Manusia juga tak akan pernah bersyukur, karena selalu merasa berkurang. Ia selalu memandang ke atas seolah tidak rela melihat orang lain memiliki kelebihan atas dirinya. Maka hapuslah terlebih dahulu sikap cinta dunia, sehingga dengki pun sirna.
Rasulullah bersabda,” Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang. Yaitu orang yang diberi harta oleh Allah, kemudian memenangkannya atas kerakusannya di jalan yang benar. Dan orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian memutusan persoalan dengannya, dan mengajarkannya.” (HR Al- Bukhari)
Menjauhkan diri dari sifat amarah dan keras hati
Bila marah telah timbul dalam hati manusia, maka kadang manusia bertindak tanpa pertimbangan akal. Jika akal  sudah melemah, tinggalah hawa nafsu. Dan syetan pun semakin leluasa melancarkan serangan, lalu mempermainkan diri manusia. Ibnu Qudamah dalam Minhaju Qashidin menyebutkan bahwa Iblis pernah berkata, “Jika manusia keras hati, maka kami bisa membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola.
Menumbuhkan Sifat Pemaaf
Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. ”Demikian firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Araf : 199.
Allah Sang Khaliq saja Maha pemaaf terhadap hamba-Nya. Tak perduli seberapa besar gunung atau sedalam lautan kesalahan seorang hamba, jika ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan pintu maaf selebar-lebarnya. Kita sebagai manusia yang lemah, tidak sepantasnya berlaku sombong, dengan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Kalau perlu, maafkanlah kesalahan orang lain, sebelum ia meminta maaf. Insya Allah, dengan begitu, hati akan lebih terasa lapang.
Rasulluh bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimana engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut menghabus kesalahan tersebut, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Hakim dan At- Tirmidzi)
Iri, dengki, dan ambisi adalah beberapa celah yang menjadi pintu bagi syetan untuk memasuki hati manusia. Ambisi yang berlebihan, dapat membuat seseorang buta dan tuli.
Berprasangka Baik
Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS Al Hujurat :12)
Adakalanya seorang muslim berburuk sangka terhadap seorang muslim lainnya sehingga melecehkan saudaranya. Ia mengatakan yang macam-macam tentang saudaranya, dan menilai dirinya lebih baik. Tentu, itu adalah hal yang sangat tidak dibenarkan. Akan tetapi, hendaknya setiap muslim harus mawas diri terhadap titik-titik rawan yang sering memancing tuduhan, agar orang lain tidak berburuk sangka kepadanya.
Menumbuhkan Sikap Ikhlas
Ikhlas adalah kata yang ringan untuk diucapkan, tetapi cukup berat dilakukan. Orang yang ikhlas dapat meniatkan segala tindakannya karena Allah. Apabila Allah mengujinya dengan kenikmatan, maka ia bersyukur. Bila Allah mengujinya dengan kesusahan pun, ia bersabar. Ia selalu percaya bahwa Allah akan senantiasa memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Orang yang ikhlas akan lebih mudah memenej kalbunya, untuk selalu menyerahkan segalanya hanya kepada Allah. Hanya kepada-Nyalah ia menggantungkan harapan.
Nah, pembaca, bila anda sendan dilanda sakit hati, cobalah amalkan beberapa kiat diatas. Insya Allah beban hati akan berkurang dan dada terasa lapang.


****
Ditulis ulang oleh :
Ø  Budhi Tri Maryanto- SMP Muhammadiyah 3 Cawas –Kelas 8
Ø  Taksaka Wulung – taksaka.foundation@gmail.com

Sumber :  Majalah Nikah Edisi 6/I/2002 Halaman 32-33
 
 







                                  

BERBAKTI KEPADA IBU-BAPAK



SOPAN SANTU TERHADAP IBU BAPAK.
Kita telah menyadari bahwa jasa orang tua kita, ibu bapak kita sangat besar dan tak ternilai harganya. Berarti kita telah berutang budi kepada keduanya. Apakah balasan kita? Kalau ingin membalas yang sepadan niscaya tak dapat memadai. Namun kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk membalasnya. Balasan kita antara lain dengan jalan sopan santu kepadanya. Sebagaimana firman Allah : ” Dan  rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : Wahai Tuhanku, kasihanilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S AL-Isra : 24)
Ayat diatas memberi tuntunan, dan  sopan santun terhadap ibu dan bapak, yaitu merendahkan diri kepada keduanya dengan disertai kasih sayang dan berdoa agar Allah berkenan mengasihi keduanya sebagaiman akasih ibu bapak kepada anak di kala kecil.
Lebih lebih kasih dan jasa ibu kepada anak lebih besar lagi. Maka Rasulullah menggambarkan dengan sabdanya bagaimana seharusnya khimad dan bakti anak kepada ibunya. Ketika seorang lak-laki bertanya :” Siapakah manusia yang paling berhak mendapat perlakuan baik dariku?” Nabi Menjawab :”Ibumu!”. “Sudah itu siapa?”  tanya orang itu. Nabi :”Ibumu!” “Kemudian siapa?”, tanya orang itu. Nabi :”Ibumu!” “Kemudian siapa?”, tanya orang itu. Nabi :”Ayahmu!”
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4_qbmIOzr6ZcwUNsbWc4hM9B3hyphenhyphenvMO_9l75AMkGzDMk_Q6fieK22mPfHduUIUk9JD1rlikzaV2BG76NvNx4wEQZ2U7KHasjHN2vnzX0d-BHVZUpRsWquVRdSCTGchJCCLwQQ4ENW4yfXM/s1600/birrul-walidain1.jpgMemelihara Ibu Bapak
Orang yang paling berjasa adalah ibu bapak. Apakah ada diantara kamu yang menolak pendapat itu? Tidak bukan? Ibu bapak menjaga, memelihara serta mendidik kita semenjak kecil. Bahkan susah payah ibu telah dimulai ketika mengandung. Dalam Al Qur’an juga mengingatkan hal ini  :
Dan Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan memisah dari susuan selama dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku lah kamu kembali.” (QS Luqman :14)
Jadi jelaslah bahwa jasa ibu bapak tak dapat diukur dan tak dapat dihitung nilainya. Maka kewajiban anak terhadap ibu bapak bila sudah memungkinkan juga harus menjaga dan memelihara keduanya. Salah satu harapan orang tua ialah agar kalau sudah tua, ada tempat bergantung, ada yang menjaga dan memelihara. Harapan itu tak lain ialah tertumpah kepada anak yang dicintainya. Petunjuk dalam menjaga dan memelihara orang tua antara lain:
1.      Dalam segala tindakan jangan mengecewakan ibu bapak.
2.      Bila orang tua sedang sakit, mencarikan obat, menjaga menyediakan segala keperluannya.
3.      Bila orang tua sudah lanjut usia anak hendaknya memberi nafkah berupa : makanan, pakaian dan sebagainya.
4.      Bila anaknya mampu sedang orang tuanya tidak mampu hendaklah memberi nafkah untuk kebutuhan hidup. Ikut membiaya saudaranya yang masih belajar. Tetap menghormati dan berbakti.
Dengan catatan hendaknya segala tindakan anak yang demikian itu betul-betul  dikerjakan dengan ikhlas. Hanya mencari keridhaam dari Allah. Hal itu dimaksudkan agar penjagaan dan pemeliharaan itu menjadi amal saleh.
Patuh terhadp orang tua
Kewajiban anak terhadap orang tua selanjutnya ialah patuh. Patuh artinya mengikuti kehendah dan nasehatnya. Karena rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, sering mereka banyak menasehati. Bahkan nasehaat itu senantiasa diulanginya. Jika hal itu kaualami terimalah dengan gembira dan patuh. Percayalah orang tua tak akan menjerumuskan anaknya.
Nasihat orang tua yang baik telah diajarkan AL Qur’an dalam surat Luqman ayat 13-19. Anak hendaknya jangan menyekutukan Allah, bersyukur kepada-Nya, berterimakasihlah kepada ibu bapak, dirikanlah shlat, jangan sombong, sederhanakanlah dalam berjalan. Keduali itu kita oleh Allah diperingatkan bahwa amal sekecil apapun dan dimanapun juga Allah tetap akan membalasanya. Jika nasehat mereka salah maka nasehat itu tidak perlu dituruti, seperti dalam firman Allah : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik; dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Nya, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kau kerjakan.” (QS Luqman :15)
Segala tindakan anak seharusnya mendapat ridha atau izin orang tua. Walaupun dalam hal berjuang, jihad fi sabililah. Hal ini menunjukkan ketinggian ajaran Islam dalam hal mematuhi orang tua. Sebagaimana contoh Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. Dikisahkan bahwa : ada seorang laki-laki berasal dari Yaman datang ke hadapan Rasulullah SAW. Dia menyatakan akan hijrah ke Madinah untuk membantu Rasululah SAW dalam perjuangan. Kemudian Nabi bertanya :”Apakah ada keluargamu yang tinggal di Yaman?” Orang itu menjawab  : ”Ada yaitu ibu bapakku.” Rasulullah : “Apakah maksudmu itu sudah mendapat izin dari kedua orang tuamu?” orang itu menjawab :”Belum....  Setelah Rasulullah mendengarkan jawaban itu lalu memutuskan : “Pulanglah kembali ke kampungmu dan mintalah izin orang tuamu. Jika mereka mengizinkan  engkau boleh hijrah, tetapi bila tidak hendaknya kau tetap di kampungmu dan berbuat baik terhadap ibu bapakmu.
Demikian tingginya nilai patuh kepada orang tua disejajarkan dengan nilai jihad. Maka marilah kita senantiasa patuh kepada orang tua, karena nilainya tinggi dan pahalanya besar.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqxu6FU_YJ4ykRtaaBXRaA8YRo0R615RTObKnrt6V-DL9NGvX1zxT-OObUe0YryFawLGukdFBrqx_fKILwIzuZFQYmzlXlLRuc4e8O3u6nhdJr1G-4kOKyC08ZSbmR_kZN-LLP9EtUTE-g/s1600/berbakti.jpg


Durhaka Kepada Orang Tua
Yang dimaksud durhaka kepada orang tua ialah menyakiti dengan perkataan, perbuatan ataupun lainnya. Misalnya dengan memaki-maki, menghardik, melawan, memukul, mengusir, membiarkan orangtua terlantar hidupnya, tidak patuh pada keduanya, mengecewakan hatinya.
Durhaka kepada kedua orang tua haram hukumnya, bahkan termasuk dosa besar. Sebagaimana sabda Nabi :”Ingatlah kamu kuterangkan tetnang dosa-dosa yang paling besar” (diulangi 3x). Sahabat menjawab :”Ya Rasululllah.” Rasulullah :”Menyekutukan Allah, durhaka kepada bapak ibu, ucapan bohong dan kesaksian palsu.” (HR Bukhari)
Durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar. Maka marilah kita senantiasa berhati-hati dalam bergaul dengan orang tua. Patuhilah kepada keduanya jangan sampai mengecewakan. Jika terlanjur berbuat kesalahan kepada mereka segeralah minta maaf.
Sikap dan tutur kata terhadap orang tua
Salah satu cara berbakti kepada orang tua ialah bersikap dan bertutur kata yang baik. Dalam pergaulan sikap dan tutur kata yang baik sangat diperlukan, agar pergaulan dapat berjalan dengan baik. Sebaliknya sikap dan tutur kata yang jelek akan mengakibatkan percekcokan dan perpecahan. Hal ini kalau dihadapan orang tua berarti tidak sopan dan bahkan akan meningkat menjadi durharka kepadanya.
Bila kita bergaul dengan siapapun juga sikap dan tutur kata yang baik wajib dilakukan. Apalagi terhadap orang tua yang telah memelihara kita. Tetapi kadang-kadang ada yang terbalik. Terhadap orang lain hormat, tetapi terhadap orang tua malahan seenaknya (tidak hormat). Itu adalah keliru.
Yang harus diperhatikan secara khusus adalah ketika orang tua kita sudah tua. Apalagi kalau mereka sudah pikun dan merepotkan. Jika diajak berbicara kadang-kadang salah tafsir, sering marah dan sebagainya. Dalam hal ini Allah memperingatkan bagaimana kita harus bersikap yaitu dengan firmannya yang artinya :”Jika salah seorang diantara keduanya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu berkata ‘aah.atau .cih’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” QS  Al Isra : 23.
Jadi sikap kita pada orang tua itu seharusnya lemah lembut dan dengan perkataan yang baik. Berkata aaah atau cih akan menyakitkan hati orang tua kita. Perkataan yang lain yang menyakitkan hati orang tua kita juga dilarang termasuk memaki dan membentak.
Ditulis ulang oleh:
BUDHI TRI MARYANTO-SMP MUHAMMADIYAH 3 CAWAS-VIIIB
Taksaka Wulung – taksaka.foundation@gmail.com
DARI BUKU:
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SMP-KELAS 2 –SEMESTER 1; Tahun 1982
PENYUSUN: DRS .Sochib Dimjati, Imronijah B.A ,
 PENERBIT: Tiga Serangkai - Solo