Selasa, 14 Juni 2016

ISLAM ADALAH AGAMA PERDAMAIAN DAN KASIH (CINTA)



Wahai para Muslimin! Apa yang sedang anda lakukan? Kita telah lupa tentang agama kita bahwa agama ini adalah agama perdamaian dan kasih. Dimanakah bukti tentang cinta (kasih) yang Rasulullah SAW sebutkan? 

Umar bin Khattab RA mengisahkan sebuah hadits dari Rasulullah SAW:

Ada orang-orang di antara hamba-hamba Allah yang bukan para nabi atau syuhada. Pada hari Kiamat, para nabi dan para syuhada akan menjadi sangat senang dengan mereka dimana mereka akan memeluk mereka karena melihat kedekatan mereka kepada Allah SWT, dan Dia membawa mereka begitu dekat. Mereka bukan syuhada atau nabi, dan syuhada dan nabi akan merasa heran melihat mereka. Mereka bertanya: “Siapa orang-orang ini yang mendapatkan kedudukan istimewa di surga?” Dan para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Beritahukanlah kepada kami siapa mereka?” Rasulullah SAW menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang datang bersama dan saling mengasihi (mencintai) karena Allah.” (HR. Ibn Hibban) 

Mereka tidak melakukan lebih dari itu: mereka saling mengasihi (mencintai), membuat komunitas yang baik, kebudayaan yang baik, dan pengertian yang baik, dan itulah mengapa hati mereka terjaga dan penuh dengan spiritualitas. Allah SWT membawa orang-orang ini dekat kepada-Nya dan mereka dibawa bersama-sama karena mereka saling mengasihi, meski mereka tidak memiliki hubungan darah (kerabat).

Seperti anda semua yang datang pada pertemuan ini tidak ada hubungan darah (kerabat) di antara satu dan yang lainnya. Mengapa kamu datang? Sesuatu membawa anda ke sini, seperti yang Rasulullah SAW sebutkan bahwa Allah SWT menaruh sesuatu yang istimewa di hati Abu Bakar Shiddiq RA. Sehingga tidak ada hubungan darah di sini, bukan paman, saudara laki-laki atau saudara perempuan. Kita datang bersama dengan mudah karena kita mencintai agama kita dan kita saling mencintai. Tidak ada bisnis atau “manajemen bisnis” di antara mereka.  

Shaykh Hisham Kabbani

Translated from Original Words - Diterjemahkan dari Perkataan Asli:

O Muslims! What are we doing? We have forgotten about our religion that it is a religion of peace and love. Where is the evidence of that love which the Prophet mentioned? 

Sayyidina `Umar (r) narrated a hadith from the Prophet :
There are people from among Allah's servants who are not prophets nor martyrs. On the Day of Judgment, the prophets and martyr will be so happy with them that they will hug them due to seeing their nearness to Allah (swt), and He will bring them so near. They aren’t shuhada or anbiyaa, and the shuhadaa and anbiyaa will stand astonished, looking at them, saying, “Who are these people standing in the Divine Presence?” And the Companions will ask the Prophet, “Can you tell us who these people are?" And the Prophet ﷺ will say, “They are people who came together and loved each other for Allah's sake.” (Ibn Hibban)

They didn’t do anything more than that: they loved each other, created a good community, a good culture, and a good understanding, and that is why their hearts are awakened and full of spirituality. Allah (swt) brought these people near Him and they are brought together because they love each other, although they have no blood relationship. 

Like all of you who have come to this gathering are not related to each other. Why did you come? Something brought you here, as the Prophet ﷺ mentioned that Allah (swt) put something special in the heart of Sayyidina Abu Bakr (r). So there is no blood relationship here, no uncles, brothers or sisters. We come together simply because we love our religion and each other. There is no business or “business management” between them.

Shaykh Hisham Kabbani

SERING MENGUCAPKAN ‘ASTAGHFIRULLAH’



Shaykh Hisham Kabbani berkata:

Dapatkah kamu menghitung berapa banyak dosa atau kebaikan yang telah kamu lakukan? Tidak. Kamu tidak dapat menghitungnya. Dosa ataupun kebaikan itu berasal dari pikiran anda, tetapi ingatan di belakang kepala anda mencatat perbuatan anda setiap saat. Juga, Allah menunjuk (menugaskan) malaikat-malaikat untuk mencatat setiap perbuatan dan satu persatu mereka akan datang di depan Allah pada hari Perhitungan.

"Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka, dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat, dengan sendiri-sendiri." – (QS. Maryam 19:93-95)

Maka kita sering mengucapkan "astaghfirullah"  karena kita tidak ingat perbuatan-perbuatan buruk kita dan kita menjadi bangga (sombong) dengan perbuatan-perbuatan baik kita, astaghfirullah!

Translated from Original Words-Diterjemahkan dari Perkataan Asli:

Can you count how many sins or good deeds you have done? No. They go from your mind, but that chip in the back of your head records every action. Also, Allah appointed angels to record every action and one by one they will come in front of Him on the Day of Judgement:

إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَـٰنِ عَبْدًا لَّقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا

All the beings in the Heavens and the Earth must come as a servant to (Allah) The Most Gracious. He takes an account of them (all) and has numbered them (all) exactly, and every one of them will come to Him individually on the Day of Judgment. (QS. Maryam 19:93-95)

So we say "astaghfirullah" often because we don't remember our bad deeds and we become proud of our good deeds, astaghfirullah! 

Shaykh Hisham Kabbani

KEUTAMAAN BERSEDEKAH DI JALAN ALLAH



Ustman bin Affan RA dijuluki Dzun-Nuurain (orang yang mempunyai dua cahaya). Ia dijuluki seperti itu karena ia menikahi dua anak perempuan Nabi Muhammad SAW yaitu Ummu Kultsum dan Ruqayyah RA. Beliau menikahi lagi dengan puteri Rasulullah SAW setelah istrinya (yang juga puteri Rasulullah SAW) meninggal dunia.

Pada suatu waktu, kaum muslimin tidak mempunyai air untuk minum. Memang ada sumur yang airnya bagus, tapi sumur itu milik orang Yahudi dan mereka menaikkan harga air sumur itu untuk kaum Muslimin. Maka Ustman bin Affan RA membeli setengah sumur itu dari orang Yahudi sehingga penggunaan air itu dibagi dua: sehari untuk si Yahudi dan sehari lagi untuk Ustman bin Affan RA. Kemudian Usman bin Affan RA menggunakan hari yang ditetapkan untuk dirinya itu guna dimanfaatkan oleh kaum Muslimin tanpa memungut bayaran. Karena itu, pada giliran si Yahudi, tidak ada lagi orang yang mau membeli air darinya. Akhirnya, orang Yahudi itu menjual sahamnya atas sumur tersebut kepada Ustman bin Affan RA. Ustman bin Affan RA selanjutnya menghadiahkan sumur itu kepada kaum Muslimin.

Pada zaman Khalifah Abu Bakar Shiddiq RA, sepeti diriwayatkan Ibnu Abbas RA, pernah terjadi kekeringan dan kelaparan nasional. Dalam situasi seperti itu, ada orang yang tamak dan ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan menaikkan harga komoditas barang dagangannya.

Akan tetapi dalam situasi seperti itu, Ustman bin Affan RA memberikan contoh yang baru dan mulia dalam bersedekah di jalan Allah dengan berharap balasan dan pahala dari-Nya. Di samping itu, ia juga berusaha keras untuk menenangkan kaum Muslimin dan mengurangi beban kesulitan mereka.

Pada suatu hari datanglah orang-orang kepada Khalifah Abu Bakar Shiddiq RA untuk mengadukan kesulitan mereka. Mendengar pengaduan tersebut, Abu Bakar RA berkata: “Allah akan menolong kalian dan membebaskan kalian dari kesulitan itu.”
Pada siang harinya, datanglah kafilah dagangan milik Ustman bin Affan RA. Kafilah tersebut terdiri dari seribu ekor unta yang masing-masing membawa gandum dan makanan.

Mendapat hal itu, para pedagang segera mendatangi Ustman bin Affan RA. Mereka berkata kepadanya: “Saat ini orang-orang sedang kekurangan bahan pangan. Kebetulan engkau membawa komoditas-komoditas yang dibutuhkan ini dari Syam, yaitu gandum dan makanan yang lain. Oleh karena itu juallah barang-barang tersebut kepada kami, sehingga engkau dapat mengambil untung dan kami pun mendapat untung.”

Mendengar perkataannya itu, Ustman bin Affan RA mengajaknya masuk dan duduk bersamanya. Setelah itu Ustman bin Affan RA bertanya: “Berapa banyak keuntungan yang berani kalian berikan kepadaku jika kujual barang-barang itu kepada kalian?”
Mereka berkata: “Setiap sepuluh dirham modal akan kami berikan keuntungan dua dirham.”

Ustman bin Affan RA berkata: “Ada yang memberikan keuntungan kepadaku lebih dari itu?”

Mereka berkata:  “Kami akan tambahkan keuntunganmu dua kali lipat, yaitu kami akan berikan empat dirham sebagai ganti dari dua dirham tadi.”

Ustman bin Affan RA berkata kepada mereka: “Ada yang menjanjikan keuntungan yang lebih banyak lagi dari itu.”

Mendengar itu para pedagang itupun merasa heran. Lalu mereka bertanya: “Kami adalah para pedagang yang ada di Madinah ini, maka siapa lagi selain kami yang berani menjanjikan keuntungan lebih besar dari kami?”

Ustman bin Affan RA berkata: “Allah SWT memberikan keuntungan lebih tinggi dari kalian. Karena setiap satu dirham, Dia memberikan untung sepuluh dirham. Sesuai firman Allah SWT: “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al-An’aam : 160)

Hai para pedagang, lihatlah! Aku menyedekahkan barang-barang ini untuk kaum Muslimin karena mengharapkan keridhaan Allah.

****RA artinya : Radhiyallahu Anhu - Semoga Allah meridhai
Sumber: 40 Kisah Pengantar Anak Tidur;Najwa Husein Abdul Aziz;Gema Insani;Jakarta; 2006