Sabtu, 02 November 2013

KAPAN LAILATUL QADAR TIBA?

Dalam sejumlah hadits, disebutkan bahwa lailatul qadar terletak pada sepuluh hari terakhir Abu Sa’id mengatakan bahwa Nabi SAW suatu ketika menemui sejumlah sahabat pada pagi hari kedua puluh ramadhan. Beliau bersabda,  “Sesungguhnya aku bermimpi melihat lailatul qadar, kemudian aku lupa maka carilah ia pada sepuluh hari terakhir pada bulan ramadhan, pada hari ganjil.” (Muttafaq alaih). 

Meski demikian, beri’tikaf hendaknya tidak dikaitkan dengan hitungan ganjil. Karena dengan perbedaan masuknya ramadhan antara satu Negara dengan Negara lainnya, otomatis hitungan ganjil pun berubah. Yang lebih baik adalah menghidupkan malam dengan ibadah sebanyak-banyaknya di setiap hari dalam sepuluh hari terakhir itu seluruhnya. 

Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa lailatul qadar terjadi pada malam ketujuh terakhir dari bulan ramadhan. Ibnu umar bahkan mengatakan, sejumlah sahabat datang kepada rasulullah SAW mereka lalu memamparkan telah bermimpi melihat lailatul qadar pada tujuh hari terakhir ramadhan. Lantas Rasulullah bersabda, “Saya juga bermimpi sebagaimana mimpi kalian, dan saya sepakat bahwa itu terjadi di tujuh hari terakhir bulan ramadhan. Siapa saja yang dapat meraihnya maka raihlah ia di tujuh hari terakhir.” 

Ibnu umar juga mengatakan, “Raihlah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir, bila diantara kalian ada yang tidak mampu maka jangan sampai terlepas dari tujuh hari dari sisanya. Tujuh hari terakhir adalah mulai dari malam kedua puluh tiga. Bila jumlah bilangan bulan ramadhan 29 hari, dan sejak malam 24 bila ramadhan berjumlah 30 hari. Lebih tegas lagi, Ubay bin Ka’ab dan ibnu abbas mengatakan, lailatul qadar itu terjadi pada malam ke dua puluh tujuh ramadhan. Dan Ubay pernah bersumpah untuk itu karna ia yakin telah melihat tanda-tandanya. Pendapat inilah yang popular di kalangan kaum muslimin. Sehingga ada sebagian masyarakat yang mengadakan upacara ibadah tertentu bila memasuki malam ke dua puluh tujuh ramadhan. Ada petunjuk dari para salafushalih tentang tanda-tanda alamiah kehadiran lailatul qadar. Antara lain diriwayatkan oleh muslim Abu Daud dan At-Turmudzi: “Tanda kehadiran lailatul qadar adalah matahari pada pagi harinya(terlihat)putih, tanpa sinar.” Imam Ahmad juga meriwayatkan, “Tanda langit bersih, terang bagaikan bulan sedang purnama, tenang, tidak dingin dan tidak pula panas.”

Terkait dengan silang pendapat tentang jatuhnya lailatul qadar, DR.Yusuf Qardhawi mengatakan tidak ada yang pasti tentang pendapat-pendapat itu. Al-hafiz Ibnu Hajar bahkan menghitung bahwa jumlah pendapat soal kapan jatuhnya lailatul qadar itu berjumlah 46 pendapat. Yang paling kuat adalah pendapat bahwa lailatul qadar terjadi pada malam ganjil pada sepuluh hari terakhir ramadhan.

Ada hikmah besar dibalik hal ini. Sebagai mana Allah merahasiakan kapan waktu diijabahnya do’a pada hari Jum’at, agar kita terus berdo’a pada Allah sepanjang hari itu.

Bukhari meriwayatkan dari Ubadah bin Shamit: Nabi pernah keluar memberitahu kami tentang lailatul qadar. Beliau lalu menyaksikan dua orang sahabat yang berbeda pendapat tentang lailatul qadar. Ketika rasul tiba, beliau bersabda, “Tadinya aku keluar untuk memberitakan kepada kalian tentang lailatul qadar. Tapi setelah menyaksikan dua orang yang berselisih, aku menjadi lupa. Mungkin ini yang lebih baik bagi kalian.”

***
Di tulis ulang oleh: Budi Tri Maryanto Dan Tubagus Nasrudin
Sumber: Masalah Sabili/NO.14 Th VI    20 Januari 1999 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar