Rasulullah SAW
bersabda, “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Imam Syafi’i
pernah berkata, “Pahamilah ilmu sebelum kalian menjadi pemimpin. Jika telah
menjadi pemimpin, tidak ada lagi jalan untuk mendalami ilmu.”
Imam Malik
(semoga Allah mengasihinya) berkata: “Jika ilmu tidak boleh dipelajari oleh
orang banyak, maka ilmu itu tidak akan memberi manfaat kepada penguasa.”
Umar bin
Kaththab RA berkata: “Belajarlah ilmu sebelum kalian menjadi pemimpin! Agar
engkau tidak memimpin dengan kebodohanmu.”
Rasulullah SAW
bersabda, “Ilmu itu menghidupkan Islam, dan tiang Iman. Dan barangsiapa
mengajarkan ilmu, Allah sempurnakan pahalanya,
dan barangsiapa yang mempelajari ilmu lalu diajarkannya, Allah ajarkan
dia apa-apa yang tidak ia ketahui.” (HR. Abu Syaikh)
Dari Sahl
bin Sa’id, bahwa Nabi SAW bersabda kepada Ali, “Demi Allah, lebih baik bagimu
jika Allah memberikan petunjuk kepada seseorang lewat dirimu, daripada keledai
yang paling bagus.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW
bersabda, “Dan tiada berkumpul kaum di dalam suatu rumah Allah, mereka membaca kitab dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan diturunkan kepada mereka ketenangan hati dan diselubungi mereka dengan rahmat.” (HR.
Muslim)
Rasulullah
SAW bersabda, “Barangsiapa yang melalui suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah
akan mudahkan baginya jalan ke surga. Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya untuk para
penuntut ilmu karena mereka ridha atas apa yang ia lakukan. Orang berilmu akan
didoakan untuknya ampunan oleh yang ada di langit maupun yang ada di bumi
sampai ikan yang ada dalam lautan. Keutamaan orang yang berilmu dengan orang
yang beribadah adalah seperti keutamaan bulan dengan seluruh bintang-bintang.
Para ulama adalah pewaris para nabi, dan nabi tidak pernah mewariskan dinar
maupun dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, ia
telah mendapatkan bagian yang sangat besar.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu
Majah, Ibnu Hiban dan Ahmad)
Dalam hadist Qudsi
Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang disibukkan oleh Al Qur’an dalam rangka
berdzikir kepada-Ku, dan memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan sesuatu
yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang
telah meminta. Dan keutamaan kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya,
seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (HR. Turmidzi)
Perjalanan
Para Sahabat dan Ulama Dalam Menuntut Ilmu :
Lukman Hakim berwasiat
kepada anaknya, “Wahai anakku, duduklah dengan para ulama dan rapatkanlah
lututmu dengan mereka karena Allah akan menghidupkan hati dengan cahaya hikmah
sebagaimana Allah akan menghidupkan tanah yang gersang dengan curahan air hujan
dari langit.”
Diriwayatkan dari Ali bin Ahmad bin Umar Al Mugri dari
Ismail bin Ali Al Khatbi, dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, “Aku bertanya
kepada bapakku Rahimuhullah tentang orang yang menuntut ilmu. Apakah seharusnya
ia belajar dengan satu orang yang banyak ilmunya ataukah keluar ke beberapa
daerah dan belajar dari para ulama lain? Dia berkata, ‘Seharusnya ia keluar.
Belajar dari ulama Kufah, Bahsrah, Makkah, Madinah, dan mendengar dari
mereka.’”
Dari Mas’ud berkata,
“Bagaimana jika kalian tertimpa fitnah, ketika anak kecil menjadi besar dan
orang tua menjadi renta, bila kalian menjalankan suatu sunnah lalu pada suatu
hari dirubah dan dikatakan sebagai kemungkaran?” Seseorang bertanya, “Kapankah
hal itu terjadi?” Apabila telah sedikit orang yang bisa dipercaya dan banyaknya
para penguasa, sedikitnya orang berilmu dan banyaknya qari, belajar bukan untuk
agama, dan mencari dunia dengan amalan akherat.”
Abu Hurairah
RA, dia berkata, “Sesungguhnya manusia akan berkata, ‘Abu Hurairah sangat
banyak meriwayatkan.’ Kalaulah tidak karena ayat dalam Al Qur’an, aku tidak
akan menyampaikan satu hadist pun.” Kemudian ia membaca : “Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula)
oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan
mengadakan perbaikan dan menerangkan kebenaran. Maka, terhadap mereka itu
Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang
Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Baqarah 2: 159-160)” Sesungguhnya saudara-saudara kita dari
kalangan Muhajirin sibuk berdagang di pasar dan saudara-saudara kita dari
kalangan Anshar sibuk bekerja, sedangkan Abu Hurairah telah kenyang bersama
Rasulullah SAW dan hadir saat-saat mereka tidak hadir serta menghafal apa yang
mereka tidak hafal.’”
An- Nawawi berkata,
“Kami meriwayatkan dari Khatib Al Baghdadi Rahimamullah, dia berkata, ‘Al
Bhukara Rahimamullah pergi menemui para ahli hadist yang ada di penjuru dunia.
Dia belajar ke Khurasan, pegunungan, kota-kota di Irak seluruhnya, Hijaz, Syam,
Mesir dan dia datang ke Irak beberapa kali. Kami juga meriwayatkan dari
berbagai jalan dari Jafar bin Muhammad Al Quthun, dia berkata, ‘Aku mendengar
Al Bhukara berkata, ‘Aku belajar kepada 1000 guru dari kalangan ulama, bahkan
lebih. Aku tidak mempunyai satu hadistpun kecuali kusebutkan sanadnya.’’”
Imam Syafi’i berkata,
“Dahulu aku menyimak guru yang mengajarkan para muridnya dan aku menghafal
apa yang dikatakan, sedangkan ibuku
tidak punya apa-apa untuk membayar guru.
Aku adalah seorang anak yatim. Guru itu membolehkanku untuk ikut bersamanya.
Para murid menulis. Sebelum guru tersebut selesai dari mendiktekan, aku telah
lebih dahulu menghafalkan apa yang kutulis.” Suatu hari guru itu berkata
kepadaku, “Rasanya tidak halal bagiku mengambil sesuatu darimu.” Setelah pulang
aku mengutip tembikar, pelepah kurma dan tulang unta. Aku menulis hadist
padanya dan aku pergi ke tempat belajar
sambil mencari sisa-sisa kertas, dan aku
menyalinnya hingga penuh gentong milik ibuku dengannya.”