Rabu, 13 Mei 2015

METODE BELAJAR ISLAM


Sekolah-sekolah, NU, Muhammadiyah, MTA, YASR, LDII, HTI, Majalah Islam, Buku, Radio, Televisi, Internet, pengajian-pengajian dan media-media yang lainnya adalah hanyalah alat (sarana/metode/cara/teknologi ) untuk menyampaikan informasi, ilmu pengetahuan dan agama Islam. Namun demikian tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan, entah itu disengaja atau tidak; disadari atau tidak.

Beruntunglah bagi orang-orang yang teliti lalu ketika menemukan kesalahan-kesalahan kemudian segera berusaha memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Sehingga tidak terjebak dengan pemikiran atau pendapat yang sempit. Lalu kemudian mengkafirkan satu dan yang lainnya, yang mungkin sesungguhnya tidak demikan. Tuduhan kafir bagi orang lain itu adalah sesuatu  tuduhan yang sangat berat. Dan meskipun benar kadang sangat sulit untuk mengatakan. Karena kawatir bahwa kita telah salah menafsirkan ayat-ayat dalam Al Qur'an atau Hadist. 

Tetapi memang benar, sangat sulit untuk membuat pemahaman Islam yang sempurna. Memerlukan perjalanan belajar yang panjang dan cobaan yang berliku-liku bagi seseorang untuk mendapatkan Islam. Kadang saya menganggap Islam itu sebuah cita-cita atau tujuan hidup. Dalam perjalanan hidup kita ada masalah-masalah. Dan masalah-masalah itu datang kepada kita sebagai ujian bagi kita. Ada banyak orang yang mungkin sudah ahli sehingga ketika masalah itu datang mereka bisa menghadapi. Sedangkan banyak orang yang lainnya gagal dalam masalah itu.

Kita harus menyadari bahwa: Tidak ada orang yang bisa terbebas dari kesalahan; Tidak ada yang bisa terbebas dari kelupaan; Tidak ada manusia yang sempurna. Sebaik-baiknya orang pasti mempunyai suatu keburukan (aib) walaupun hanya setitik dan seburuk-buruknya orang pasti mempunyai suatu kebaikan walaupun hanya setitik.

Untuk itu kita harus berhati-hati menilai orang lain, apalagi agama atau keyakinan orang lain. Dunia ini diciptakan Allah dengan perbedaan, keragaman. Jika tidak siap dengan perbedaan, maka kita seolah menentang takdir Allah. Seperti halnya siang dan malam; panas dan dingin; pria dan wanita; positif dan negatif; kaya dan miskin; adalah sesuatu hal yang berdampingan dan abadi. Selama ini kita bisa menerima keduanya sebagai realitas dalam kehidupan. 

Lalu mengapa yang lainnya tidak? Bukankah dalam Islam ada QS. Al Kafirun 109:6 Allah telah berfirman: "Lakum diinukum waliya diini." yang artinya "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku" atau ''Unto you your religion, and unto me my religion."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar