Jumat, 13 September 2013

MANAJEMEN SAKIT HATI




Hampir setiap orang tentu pernah mengalami sakit hati dalam hidupnya. Baik dalam berkeluarga, berteman, maupun bermasyarakat. Sebagaimana sedih dan gembira, rasa yang satu ini adalah suatu kewajaran dalam hidup manusia. Apalagi, mengingat manusia adalah makhluk sosial, yang dalam setiap interaksinya tidak lepas dari kekhilafan.
Sebab-sebab datangnya perasaan ini pun bermacam-macam. Dari masalah sepele hingga masalah besar, dapat menjadi pemicunya. Misalnya berawal dari perbedaan pendapat, adanya konflik atau ketidakcocokan, hingga iri dan dengki. Bila perasaan ini dibiarkan terlalu lama bercokol dalam hati, maka bisa menjadi tidak sehatlah hati itu. Pemiliknya pun akan stres dan jauh dari keceriaan. Lebih jauh lagi, hal itu bisa menjauhkan dari Robb-Nya. Na’ udzubillaahi mindzalik.
Bagaimana memenej rasa sakit hati, agar tidak membuahkan dosa dan azab-Nya bagi kita sendiri? Allah dan Rosul-Nya telah mengajarkan kiat-kiat tersendiri yang dapat menjadi penawar, bila diamalkan. Apa sajakah itu?
Koreksi Diri
Sebelum kita menyalahkan orang lain, seharusnya kita melihat diri kita sendiri. Bisa jadi kita merasa tersakiti oleh saudara kita, padahal ia tak bermaksud menyakiti. Cobalah bertanya pada diri sendiri, mengapa saudara kita sampai bersikap demikian. Jangan-jangan kita sendiri yang telah membuat kesalahan.
Menjauhkan Diri Dari Sifat Iri, Dengki Dan Ambisi
Iri, dengki, dan ambisi adalah beberapa celah yang menjadi pintu bagi syetan untuk memasuki hati manusia. Ambisi yang berlebihan, dapat membuat seseorang buta dan tuli. Bila tidak dilandasi iman, seorang yang ambisius cenderung melakukan berbagai cara untuk mendapatkan ambisinya.
Demikian pula sifat iri dan dengki. Sifat ini berasal dari kecintaan terhadap hal-hal yang bersifat materi, kehormatan dan pujian. Manusia tidak akan pernah bisa tenang bila dalam hatinya ada sifat ini. Manusia juga tak akan pernah bersyukur, karena selalu merasa berkurang. Ia selalu memandang ke atas seolah tidak rela melihat orang lain memiliki kelebihan atas dirinya. Maka hapuslah terlebih dahulu sikap cinta dunia, sehingga dengki pun sirna.
Rasulullah bersabda,” Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang. Yaitu orang yang diberi harta oleh Allah, kemudian memenangkannya atas kerakusannya di jalan yang benar. Dan orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian memutusan persoalan dengannya, dan mengajarkannya.” (HR Al- Bukhari)
Menjauhkan diri dari sifat amarah dan keras hati
Bila marah telah timbul dalam hati manusia, maka kadang manusia bertindak tanpa pertimbangan akal. Jika akal  sudah melemah, tinggalah hawa nafsu. Dan syetan pun semakin leluasa melancarkan serangan, lalu mempermainkan diri manusia. Ibnu Qudamah dalam Minhaju Qashidin menyebutkan bahwa Iblis pernah berkata, “Jika manusia keras hati, maka kami bisa membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola.
Menumbuhkan Sifat Pemaaf
Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. ”Demikian firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Araf : 199.
Allah Sang Khaliq saja Maha pemaaf terhadap hamba-Nya. Tak perduli seberapa besar gunung atau sedalam lautan kesalahan seorang hamba, jika ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan pintu maaf selebar-lebarnya. Kita sebagai manusia yang lemah, tidak sepantasnya berlaku sombong, dengan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Kalau perlu, maafkanlah kesalahan orang lain, sebelum ia meminta maaf. Insya Allah, dengan begitu, hati akan lebih terasa lapang.
Rasulluh bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimana engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut menghabus kesalahan tersebut, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Hakim dan At- Tirmidzi)
Iri, dengki, dan ambisi adalah beberapa celah yang menjadi pintu bagi syetan untuk memasuki hati manusia. Ambisi yang berlebihan, dapat membuat seseorang buta dan tuli.
Berprasangka Baik
Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS Al Hujurat :12)
Adakalanya seorang muslim berburuk sangka terhadap seorang muslim lainnya sehingga melecehkan saudaranya. Ia mengatakan yang macam-macam tentang saudaranya, dan menilai dirinya lebih baik. Tentu, itu adalah hal yang sangat tidak dibenarkan. Akan tetapi, hendaknya setiap muslim harus mawas diri terhadap titik-titik rawan yang sering memancing tuduhan, agar orang lain tidak berburuk sangka kepadanya.
Menumbuhkan Sikap Ikhlas
Ikhlas adalah kata yang ringan untuk diucapkan, tetapi cukup berat dilakukan. Orang yang ikhlas dapat meniatkan segala tindakannya karena Allah. Apabila Allah mengujinya dengan kenikmatan, maka ia bersyukur. Bila Allah mengujinya dengan kesusahan pun, ia bersabar. Ia selalu percaya bahwa Allah akan senantiasa memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Orang yang ikhlas akan lebih mudah memenej kalbunya, untuk selalu menyerahkan segalanya hanya kepada Allah. Hanya kepada-Nyalah ia menggantungkan harapan.
Nah, pembaca, bila anda sendan dilanda sakit hati, cobalah amalkan beberapa kiat diatas. Insya Allah beban hati akan berkurang dan dada terasa lapang.


****
Ditulis ulang oleh :
Ø  Budhi Tri Maryanto- SMP Muhammadiyah 3 Cawas –Kelas 8
Ø  Taksaka Wulung – taksaka.foundation@gmail.com

Sumber :  Majalah Nikah Edisi 6/I/2002 Halaman 32-33
 
 







                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar