Zaman antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad disebut jaman fatroh (kosong).
Sebab jarak enam abad ini sunyi dari tuntunan nabi. Keadaan rakyat sudah jauh
dari tuntunan yang benar. Disinyalir yang paling rusak negara Arab, tak dapat dibantah
walau pun dimana-mana terdapat kekacauan. Keadaan dunia menjelang kelahiran Nabi
Muhammad bagaikan dibalut dengan kabut, terutama di Arab kerusakan moral sudah
terlalu parah. Peperangan antar marga/suku menjadi pokok perbuatan/kegiatan. Akibatnya
timbul suatu tradisi bahwa punya anak putri adalah tidak terhormat, karena anak
putri dianggap lemah dan tidak bisa berperang.
Selain itu jazirah merupakan ajang pergulatan antara Romawi dan Persi dan
dari selatan adalah raja Zunuwas dari Yaman. Zunawas adalah seorang Yahudi yang
kafir, negerinya kaya raya tetapi ia sangat penganiaya, lebih-lebih terhadap
pengikut Nabi Isa a.s. Ketika sudah memuncak keganasannya, orang-orang Nasrani
dimasukan ke lubang lalu dibakarnya.
Atas kekejaman itu
mengundang raja Roma bersama Raja Etiopia yang setia pada ajaran Nabi Isa As.
Untuk menyerang raja Zunuwas di Yaman.
Berkat kegagahan panglima Abrahah, Yaman dapat ditaklukkan. Kemudian
Abrahah menjadi Gubernur Yaman, dan mengadakan aksi penggempuran kabah seperti
diterangkan dalam surat Al Fiil. Bersamaan
dengan peristiwa itu lahirlah Nabi Allah terakhir ialah Muhammad SAW. Karenanya
disebut tahun kelahiran Nabi itu disebut dengan tahun gajah.
Keadaan kontradiksi dengan perhitungan akal itu menunjukkan, bahwa ka’bah
di Mekkah punya sejarah yang khas, punya hikmat sampai hari kiamat nanti
disamping tanda bukti kelahiran Nabi.
Kelahiran nabi berrsama dengan kacau balaunya kemaharajaan Romawi Phucas
yang terjahat, sedangkan di Asia Barat bangkit negara Persi dibawah Chasru I
tahun 531-570M.
Nabi terlahir sebagai anak yatim, karena ayahnya (Abdullah Abi Thalib) meninggal
ketika beliau masih dalam kandungan. Selama enam tahun diasuh oleh ibunya (Siti
Aminah) dengan sabar dan tertib. Maka dalam waktu usia anak masuk sekolah dasar
itu, ia hanya belajar budi, dan dasar-dasar akhlaq sudah lengkap. Akhlaq Nabi yang
sangat nampak sekali dari sejak kecil ialah sifat sabar, sopan dan jujurnya.
Setelah menginjak dewasa nampak jelasnya kepribadiannya.
Usahanya tertuju pada persatuan dan perdamaian serta adanya perubahan
tradisi yang buruk dalam masyarakatnya. Pada umur 25 tahun, beliau menikah
dengan Siti Kahodijah seorang janda berusia 40 tahun yang kaya lagi bangsawan.
Dengan sikap ini punya arti penting bagi perjuangan, dan makin terbentuk
pribadinya. Dengan kekayaan istrinya beliau dapat berjuang dan membuktikan
kebaikan budinya bagi masyarakatnya.
Tutur katanya lemah lembut penuh dengan kesungguhan yang menyebabkan daya
tarik bagi rakyatnya. Beliaupun selalu berusaha secara lahir batin untuk
menemukan cara merubah bangsanya. Tetapi tradisi itu telah melekat dan sangat
kuat pada rakyatnya, terutama dalam hal kepercayaan.
Menjelang usia 40 tahun beliau suka menyendiri, bertafakur di tempat sunyi
untuk mengharap wahyu Illahi. Benarlah apa yang diharapkan, wahyu Allah
diturunkan, dan beliau diangkat sebagai Rasul Allah, dengan wahyu pertama surat Al Alaq tentang kejadian manusia.
Mulai saat itu usaha pembetulan tauhid digarapnya dengan tekun, tetapi
selama ±13 tahun baru berhasil beberapa orang, sedang pihak musuh makin
mengganas. Kecintaan masyarakat bertukar kebencian, yang kawan berubah lawan,
yang famili menjauhkan diri lantaran ajaran tauhid yang benar.
Karena kondisi Mekkah tidak memungkinkan, berpindahlah umat Islam ke
Madinah dengan izin Allah yang disebut dengan Hijrah. Dalam tempo dekat Nabi
Muhammad berhasil menyusun kekuatan yang
tangguh di Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshor. Jumlahnya masih
sangat kecil, tetapi kesatuan dan persatuannya terbentuk secara hakiki.
Setelah kekuatannya cukup dan perintah untuk perangpun datang, maka
terjadilah peperangan sebagai. Diantaranya adalah Perang Badar tahun 2 H; Perang
Uhud tahun 3 H; Pengusiran kaum Yahudi dari Madinah; Perang Khondq tahun 5 H; Perang
Fathul Mekah tahun 8 H dan masih banyak perang yang lainnya.
Tujuan utama dari dakwah Nabi ada dua yaitu meluruskan tauhid dan merubah/memperbaiki
masyarakat. Masalah tentang meluruskan tauhid adalah suatu masalah yang
besar pada saat itu. Yaitu dimulai dari
pribadi dengan cara berkhalwat (menyendiri), bertafakur di gua selama dua tahun
untuk memohon hidayah Allah SWT. Setelah hidayah itu diperoleh, dengan segala
keberanian, dengan darah dan nyawa dipertaruhkan untuk menegakkan tauhid tadi.
Dimulai dengan menerima kekalahan dan pengasingan lalu harus hijrah dari
tanah airnya sampai peperangan yang berulang kali, musuh yang tiada seimbangpun
tiada dihiraukan. Dari jumlah kemenangan perang tak merubah sikap dan sifat
Nabi yang rendah hati. Sehingga berkat kemuliaan itu dalam waktu dekat (tahun 8
H) rakyat Mekah secara formil sudah menjadi masyarakat Islam.
Nabi mempunyai
sifat terbuka, sebagai contoh nyata bagi masyarakat Islam. Ketika
perang Badar, banyak tawanan perang yang dimanfaatkan untuk mengajar (sebagai
guru). Dengan ini umat Islam tidak ada halangan untuk mengambil pelajaran dari
orang lain.
Nabi mengutamakan
jangka panjang. Seperti perjanjian
Hudaibiyah, banyak sahabat Nabi yang kurang dalam fikirannya menilai, bahwa
Nabi terlalu lunak, takut dan suka diejek orang, sebab mereka hanya melihat
dari kalimat-kalimat yang disepakati, antara lain :
1. Orang Islam tahun itu kembali, dengan tiada melakukan ziarah
2. Di tahun berikutnya mereka boleh tinggal di Mekkah, lebih
dari tiga hari.
3. Mereka tidak boleh mengajak orang-orang Islam yang
tinggal di Mekkah ke Madinah, dan mereka tidak boleh menghalang-halangi
orang-orang Islam yang akan bertempat tinggal di Mekkah.
4. Orang Islam yang melarikan diri ke Madinah harus
dikembalikan dan sebaliknya.
5. Suku bangsa Arab diperbolehkan bersatu dengan golongan
apa saja.
Perjanjian itu berlaku selama 1 tahun. Dengan poin-poin diatas, secara
lafal memang Nabi di pihak yang kalah, tetapi secara perhitungan, Nabilah yang
menang sebab :
1. Dalam masa damai, Nabi dapat berda’wah dengan bebas.
2. Karakter kaum Quraisy adalah tidak sabar 10 tahun, jika
mereka diam jelas tidak mungkin.
3. Nabi tidak ambisi tiket Rasulnya harus diterima oleh
semua pihak, akan tetapi inti dak’wahnya yang harus sampai.
4. Orang Islam yang lari ke Madinah harus dikembalikan,
sedangkan yang menetap di Mekkah harus dibiarkan. Menurut keyakinan Nabi, orang
Islam yang sudah kuat imannya sampai titik darah penghabisanpun dia akan tetap pendirian,
sebab itu nabi tak kawatir atas perubahan mereka
5. Nabi menerima wahyu tentang kemenangan yang telah
diambang pintu.
6. Dalam masa genjatan senjata itu, Nabi sempat dak’wah
keluar misalnya ke Byzantium, Persi dan Etiopia
Nabi bersikap
demokratis. Selain wahyu, Nabi selalu bermusyawarah dengan sahabatnya
dalam segala hal. Bahkan tidak sedikit dalam menentukan sikap nabi tunduk pada
nasehat sahabatnya, seperti sahabat Salman Al Farisi yang banyak pengalaman. Dan
tidak sedikit dari budak beliau yang diangkat sebagai panglima perang, salah
satunya adalah Zaid bin Harits.
Seluruh usaha dan sikap Nabi itu bertujuan untuk merubah masyarakat
jahiliah menuju ke kecerdasan; dari kemusrikan menuju tauhid; dari permusuhan menuju
ke persaudaraan/perdamaian; dari biadab menuju ke beradab; dari perbedaan
menuju ke persamaan; dari kebencian menuju ke kasih sayang. Dengan begitu
lahirlah masyarakat yang damai antara mereka, saling mencintai, saling tolong
menolong dan saling hormat-menghormati.
Dua faktor luar biasa dari ajaran Nabi Muhammad adalah kebenaran ajarannya dan sifat
pembawaannnya. Sifat-sifat Nabi
memang serba terjaga dari yang negatif, adapun pokok utamanya ialah sifat
shidiq, amanah, tabligh dan fatonah. Alhlaq Nabi adalah Al Qur’an yaitu
beliau sebagai orang yang sederhana, rendah hati, terbuka, jujur, bersih,
ikhlas, berani. Beliau juga mempunyai sifat kasih sayang, sabar, pemaaf,
disiplin, lapang dada, tidak membedakan orang. Beliau suka mengantar jenazah, suka
menjenguk orang sakit, suka membantu orang miskin, suka bergurau dengan anak
kecil, dan suka menolong orang. Beliau juga sangat menghormati orang tua dan
orang yang lebih tua.
Sifat sifat ini merupakan perisai yang menarik bagi semua insan. Asal
didasarkan jiwa yang jujur, akan lahirlah sikap pengakuan terhadap akhlaq Nabi.
Akhlaq tersebut merupakan kerangka yang terpuji yang mencerminkan kualitas
pribadi yang punya daya tarik tinggi. Pribadi Nabi itu sudah dibina sejak
beliau masih kecil, dan beliau dapat dikatakan sebagai seorang miskin harta
yang kaya budi.
Ditulis Ulang oleh:
Budhi Tri Maryanto- SMP Muhammadiyah 3 Cawas Kelas VIIIB
Sumber Buku : Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas 1 Semester 1; CV Toha Putra Semarang
.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar