Jumat, 13 September 2013

SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW



Zaman antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad disebut jaman fatroh (kosong). Sebab jarak enam abad ini sunyi dari tuntunan nabi. Keadaan rakyat sudah jauh dari tuntunan yang benar. Disinyalir yang paling rusak negara Arab, tak dapat dibantah walau pun dimana-mana terdapat kekacauan. Keadaan dunia menjelang kelahiran Nabi Muhammad bagaikan dibalut dengan kabut, terutama di Arab kerusakan moral sudah terlalu parah. Peperangan antar marga/suku menjadi pokok perbuatan/kegiatan. Akibatnya timbul suatu tradisi bahwa punya anak putri adalah tidak terhormat, karena anak putri dianggap lemah dan tidak bisa berperang.
Selain itu jazirah merupakan ajang pergulatan antara Romawi dan Persi dan dari selatan adalah raja Zunuwas dari Yaman. Zunawas adalah seorang Yahudi yang kafir, negerinya kaya raya tetapi ia sangat penganiaya, lebih-lebih terhadap pengikut Nabi Isa a.s. Ketika sudah memuncak keganasannya, orang-orang Nasrani dimasukan ke lubang lalu dibakarnya.
http://wakalanusantara.com/images_content/PetaArab.jpgAtas kekejaman  itu mengundang raja Roma bersama Raja Etiopia yang setia pada ajaran Nabi Isa As. Untuk menyerang raja Zunuwas di Yaman.
Berkat kegagahan panglima Abrahah, Yaman dapat ditaklukkan. Kemudian Abrahah menjadi Gubernur Yaman, dan mengadakan aksi penggempuran kabah seperti diterangkan dalam surat Al Fiil. Bersamaan  dengan peristiwa itu lahirlah Nabi Allah terakhir ialah Muhammad SAW. Karenanya disebut tahun kelahiran Nabi itu disebut dengan tahun gajah.
Keadaan kontradiksi dengan perhitungan akal itu menunjukkan, bahwa ka’bah di Mekkah punya sejarah yang khas, punya hikmat sampai hari kiamat nanti disamping tanda bukti kelahiran Nabi.
Kelahiran nabi berrsama dengan kacau balaunya kemaharajaan Romawi Phucas yang terjahat, sedangkan di Asia Barat bangkit negara Persi dibawah Chasru I tahun 531-570M.
Nabi terlahir sebagai anak yatim, karena ayahnya (Abdullah Abi Thalib) meninggal ketika beliau masih dalam kandungan. Selama enam tahun diasuh oleh ibunya (Siti Aminah) dengan sabar dan tertib. Maka dalam waktu usia anak masuk sekolah dasar itu, ia hanya belajar budi, dan dasar-dasar akhlaq sudah lengkap. Akhlaq Nabi yang sangat nampak sekali dari sejak kecil ialah sifat sabar, sopan dan jujurnya. Setelah menginjak dewasa nampak jelasnya kepribadiannya.
Usahanya tertuju pada persatuan dan perdamaian serta adanya perubahan tradisi yang buruk dalam masyarakatnya. Pada umur 25 tahun, beliau menikah dengan Siti Kahodijah seorang janda berusia 40 tahun yang kaya lagi bangsawan. Dengan sikap ini punya arti penting bagi perjuangan, dan makin terbentuk pribadinya. Dengan kekayaan istrinya beliau dapat berjuang dan membuktikan kebaikan budinya bagi masyarakatnya.
Tutur katanya lemah lembut penuh dengan kesungguhan yang menyebabkan daya tarik bagi rakyatnya. Beliaupun selalu berusaha secara lahir batin untuk menemukan cara merubah bangsanya. Tetapi tradisi itu telah melekat dan sangat kuat pada rakyatnya, terutama dalam hal kepercayaan.
Menjelang usia 40 tahun beliau suka menyendiri, bertafakur di tempat sunyi untuk mengharap wahyu Illahi. Benarlah apa yang diharapkan, wahyu Allah diturunkan, dan beliau diangkat sebagai Rasul Allah, dengan wahyu pertama  surat Al Alaq tentang kejadian manusia.
Mulai saat itu usaha pembetulan tauhid digarapnya dengan tekun, tetapi selama ±13 tahun baru berhasil beberapa orang, sedang pihak musuh makin mengganas. Kecintaan masyarakat bertukar kebencian, yang kawan berubah lawan, yang famili menjauhkan diri lantaran ajaran tauhid yang benar.
Karena kondisi Mekkah tidak memungkinkan, berpindahlah umat Islam ke Madinah dengan izin Allah yang disebut dengan Hijrah. Dalam tempo dekat Nabi Muhammad  berhasil menyusun kekuatan yang tangguh di Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshor. Jumlahnya masih sangat kecil, tetapi kesatuan dan persatuannya terbentuk secara hakiki.
Setelah kekuatannya cukup dan perintah untuk perangpun datang, maka terjadilah peperangan sebagai. Diantaranya adalah Perang Badar tahun 2 H; Perang Uhud tahun 3 H; Pengusiran kaum Yahudi dari Madinah; Perang Khondq tahun 5 H; Perang Fathul Mekah tahun 8 H dan masih banyak perang yang lainnya.
Tujuan utama dari dakwah Nabi ada dua yaitu meluruskan tauhid dan merubah/memperbaiki masyarakat. Masalah tentang meluruskan tauhid adalah suatu masalah yang besar pada saat itu.  Yaitu dimulai dari pribadi dengan cara berkhalwat (menyendiri), bertafakur di gua selama dua tahun untuk memohon hidayah Allah SWT. Setelah hidayah itu diperoleh, dengan segala keberanian, dengan darah dan nyawa dipertaruhkan untuk menegakkan tauhid tadi.
Dimulai dengan menerima kekalahan dan pengasingan lalu harus hijrah dari tanah airnya sampai peperangan yang berulang kali, musuh yang tiada seimbangpun tiada dihiraukan. Dari jumlah kemenangan perang tak merubah sikap dan sifat Nabi yang rendah hati. Sehingga berkat kemuliaan itu dalam waktu dekat (tahun 8 H) rakyat Mekah secara formil sudah menjadi masyarakat Islam.
Nabi mempunyai sifat terbuka, sebagai contoh nyata bagi masyarakat Islam. Ketika perang Badar, banyak tawanan perang yang dimanfaatkan untuk mengajar (sebagai guru). Dengan ini umat Islam tidak ada halangan untuk mengambil pelajaran dari orang lain.
Nabi mengutamakan jangka panjang. Seperti perjanjian Hudaibiyah, banyak sahabat Nabi yang kurang dalam fikirannya menilai, bahwa Nabi terlalu lunak, takut dan suka diejek orang, sebab mereka hanya melihat dari kalimat-kalimat yang disepakati, antara lain :
1.      Orang Islam tahun itu kembali, dengan tiada  melakukan ziarah
2.      Di tahun berikutnya mereka boleh tinggal di Mekkah, lebih dari tiga hari.
3.      Mereka tidak boleh mengajak orang-orang Islam yang tinggal di Mekkah ke Madinah, dan mereka tidak boleh menghalang-halangi orang-orang Islam yang akan bertempat tinggal di Mekkah.
4.      Orang Islam yang melarikan diri ke Madinah harus dikembalikan dan sebaliknya.
5.      Suku bangsa Arab diperbolehkan bersatu dengan golongan apa saja.
Perjanjian itu berlaku selama 1 tahun. Dengan poin-poin diatas, secara lafal memang Nabi di pihak yang kalah, tetapi secara perhitungan, Nabilah yang menang sebab :
1.      Dalam masa damai, Nabi dapat berda’wah dengan bebas.
2.      Karakter kaum Quraisy adalah tidak sabar 10 tahun, jika mereka diam jelas tidak mungkin.
3.      Nabi tidak ambisi tiket Rasulnya harus diterima oleh semua pihak, akan tetapi inti dak’wahnya yang harus sampai.
4.      Orang Islam yang lari ke Madinah harus dikembalikan, sedangkan yang menetap di Mekkah harus dibiarkan. Menurut keyakinan Nabi, orang Islam yang sudah kuat imannya sampai titik darah  penghabisanpun dia akan tetap pendirian, sebab itu nabi tak kawatir atas perubahan mereka
5.      Nabi menerima wahyu tentang kemenangan yang telah diambang pintu.
6.      Dalam masa genjatan senjata itu, Nabi sempat dak’wah keluar misalnya ke Byzantium, Persi dan Etiopia
Nabi bersikap demokratis. Selain wahyu, Nabi selalu bermusyawarah dengan sahabatnya dalam segala hal. Bahkan tidak sedikit dalam menentukan sikap nabi tunduk pada nasehat sahabatnya, seperti sahabat Salman Al Farisi yang banyak pengalaman. Dan tidak sedikit dari budak beliau yang diangkat sebagai panglima perang, salah satunya adalah  Zaid bin Harits.
Seluruh usaha dan sikap Nabi itu bertujuan untuk merubah masyarakat jahiliah menuju ke kecerdasan; dari kemusrikan menuju tauhid; dari permusuhan menuju ke persaudaraan/perdamaian; dari biadab menuju ke beradab; dari perbedaan menuju ke persamaan; dari kebencian menuju ke kasih sayang. Dengan begitu lahirlah masyarakat yang damai antara mereka, saling mencintai, saling tolong menolong dan saling hormat-menghormati.
Dua faktor luar biasa dari ajaran Nabi Muhammad adalah kebenaran ajarannya dan sifat pembawaannnya.  Sifat-sifat Nabi memang serba terjaga dari yang negatif, adapun pokok utamanya ialah sifat shidiq, amanah, tabligh dan fatonah. Alhlaq Nabi adalah Al Qur’an yaitu beliau sebagai orang yang sederhana, rendah hati, terbuka, jujur, bersih, ikhlas, berani. Beliau juga mempunyai sifat kasih sayang, sabar, pemaaf, disiplin, lapang dada, tidak membedakan orang. Beliau suka mengantar jenazah, suka menjenguk orang sakit, suka membantu orang miskin, suka bergurau dengan anak kecil, dan suka menolong orang. Beliau juga sangat menghormati orang tua dan orang yang lebih tua.
Sifat sifat ini merupakan perisai yang menarik bagi semua insan. Asal didasarkan jiwa yang jujur, akan lahirlah sikap pengakuan terhadap akhlaq Nabi. Akhlaq tersebut merupakan kerangka yang terpuji yang mencerminkan kualitas pribadi yang punya daya tarik tinggi. Pribadi Nabi itu sudah dibina sejak beliau masih kecil, dan beliau dapat dikatakan sebagai seorang miskin harta yang kaya budi.

Ditulis Ulang oleh:
Budhi Tri Maryanto- SMP Muhammadiyah 3 Cawas  Kelas VIIIB

Sumber Buku : Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas 1 Semester 1;  CV Toha Putra Semarang
.


 






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar