Jumat, 13 September 2013

BERBAKTI KEPADA IBU-BAPAK



SOPAN SANTU TERHADAP IBU BAPAK.
Kita telah menyadari bahwa jasa orang tua kita, ibu bapak kita sangat besar dan tak ternilai harganya. Berarti kita telah berutang budi kepada keduanya. Apakah balasan kita? Kalau ingin membalas yang sepadan niscaya tak dapat memadai. Namun kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk membalasnya. Balasan kita antara lain dengan jalan sopan santu kepadanya. Sebagaimana firman Allah : ” Dan  rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : Wahai Tuhanku, kasihanilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S AL-Isra : 24)
Ayat diatas memberi tuntunan, dan  sopan santun terhadap ibu dan bapak, yaitu merendahkan diri kepada keduanya dengan disertai kasih sayang dan berdoa agar Allah berkenan mengasihi keduanya sebagaiman akasih ibu bapak kepada anak di kala kecil.
Lebih lebih kasih dan jasa ibu kepada anak lebih besar lagi. Maka Rasulullah menggambarkan dengan sabdanya bagaimana seharusnya khimad dan bakti anak kepada ibunya. Ketika seorang lak-laki bertanya :” Siapakah manusia yang paling berhak mendapat perlakuan baik dariku?” Nabi Menjawab :”Ibumu!”. “Sudah itu siapa?”  tanya orang itu. Nabi :”Ibumu!” “Kemudian siapa?”, tanya orang itu. Nabi :”Ibumu!” “Kemudian siapa?”, tanya orang itu. Nabi :”Ayahmu!”
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4_qbmIOzr6ZcwUNsbWc4hM9B3hyphenhyphenvMO_9l75AMkGzDMk_Q6fieK22mPfHduUIUk9JD1rlikzaV2BG76NvNx4wEQZ2U7KHasjHN2vnzX0d-BHVZUpRsWquVRdSCTGchJCCLwQQ4ENW4yfXM/s1600/birrul-walidain1.jpgMemelihara Ibu Bapak
Orang yang paling berjasa adalah ibu bapak. Apakah ada diantara kamu yang menolak pendapat itu? Tidak bukan? Ibu bapak menjaga, memelihara serta mendidik kita semenjak kecil. Bahkan susah payah ibu telah dimulai ketika mengandung. Dalam Al Qur’an juga mengingatkan hal ini  :
Dan Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan memisah dari susuan selama dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku lah kamu kembali.” (QS Luqman :14)
Jadi jelaslah bahwa jasa ibu bapak tak dapat diukur dan tak dapat dihitung nilainya. Maka kewajiban anak terhadap ibu bapak bila sudah memungkinkan juga harus menjaga dan memelihara keduanya. Salah satu harapan orang tua ialah agar kalau sudah tua, ada tempat bergantung, ada yang menjaga dan memelihara. Harapan itu tak lain ialah tertumpah kepada anak yang dicintainya. Petunjuk dalam menjaga dan memelihara orang tua antara lain:
1.      Dalam segala tindakan jangan mengecewakan ibu bapak.
2.      Bila orang tua sedang sakit, mencarikan obat, menjaga menyediakan segala keperluannya.
3.      Bila orang tua sudah lanjut usia anak hendaknya memberi nafkah berupa : makanan, pakaian dan sebagainya.
4.      Bila anaknya mampu sedang orang tuanya tidak mampu hendaklah memberi nafkah untuk kebutuhan hidup. Ikut membiaya saudaranya yang masih belajar. Tetap menghormati dan berbakti.
Dengan catatan hendaknya segala tindakan anak yang demikian itu betul-betul  dikerjakan dengan ikhlas. Hanya mencari keridhaam dari Allah. Hal itu dimaksudkan agar penjagaan dan pemeliharaan itu menjadi amal saleh.
Patuh terhadp orang tua
Kewajiban anak terhadap orang tua selanjutnya ialah patuh. Patuh artinya mengikuti kehendah dan nasehatnya. Karena rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, sering mereka banyak menasehati. Bahkan nasehaat itu senantiasa diulanginya. Jika hal itu kaualami terimalah dengan gembira dan patuh. Percayalah orang tua tak akan menjerumuskan anaknya.
Nasihat orang tua yang baik telah diajarkan AL Qur’an dalam surat Luqman ayat 13-19. Anak hendaknya jangan menyekutukan Allah, bersyukur kepada-Nya, berterimakasihlah kepada ibu bapak, dirikanlah shlat, jangan sombong, sederhanakanlah dalam berjalan. Keduali itu kita oleh Allah diperingatkan bahwa amal sekecil apapun dan dimanapun juga Allah tetap akan membalasanya. Jika nasehat mereka salah maka nasehat itu tidak perlu dituruti, seperti dalam firman Allah : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik; dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Nya, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kau kerjakan.” (QS Luqman :15)
Segala tindakan anak seharusnya mendapat ridha atau izin orang tua. Walaupun dalam hal berjuang, jihad fi sabililah. Hal ini menunjukkan ketinggian ajaran Islam dalam hal mematuhi orang tua. Sebagaimana contoh Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. Dikisahkan bahwa : ada seorang laki-laki berasal dari Yaman datang ke hadapan Rasulullah SAW. Dia menyatakan akan hijrah ke Madinah untuk membantu Rasululah SAW dalam perjuangan. Kemudian Nabi bertanya :”Apakah ada keluargamu yang tinggal di Yaman?” Orang itu menjawab  : ”Ada yaitu ibu bapakku.” Rasulullah : “Apakah maksudmu itu sudah mendapat izin dari kedua orang tuamu?” orang itu menjawab :”Belum....  Setelah Rasulullah mendengarkan jawaban itu lalu memutuskan : “Pulanglah kembali ke kampungmu dan mintalah izin orang tuamu. Jika mereka mengizinkan  engkau boleh hijrah, tetapi bila tidak hendaknya kau tetap di kampungmu dan berbuat baik terhadap ibu bapakmu.
Demikian tingginya nilai patuh kepada orang tua disejajarkan dengan nilai jihad. Maka marilah kita senantiasa patuh kepada orang tua, karena nilainya tinggi dan pahalanya besar.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqxu6FU_YJ4ykRtaaBXRaA8YRo0R615RTObKnrt6V-DL9NGvX1zxT-OObUe0YryFawLGukdFBrqx_fKILwIzuZFQYmzlXlLRuc4e8O3u6nhdJr1G-4kOKyC08ZSbmR_kZN-LLP9EtUTE-g/s1600/berbakti.jpg


Durhaka Kepada Orang Tua
Yang dimaksud durhaka kepada orang tua ialah menyakiti dengan perkataan, perbuatan ataupun lainnya. Misalnya dengan memaki-maki, menghardik, melawan, memukul, mengusir, membiarkan orangtua terlantar hidupnya, tidak patuh pada keduanya, mengecewakan hatinya.
Durhaka kepada kedua orang tua haram hukumnya, bahkan termasuk dosa besar. Sebagaimana sabda Nabi :”Ingatlah kamu kuterangkan tetnang dosa-dosa yang paling besar” (diulangi 3x). Sahabat menjawab :”Ya Rasululllah.” Rasulullah :”Menyekutukan Allah, durhaka kepada bapak ibu, ucapan bohong dan kesaksian palsu.” (HR Bukhari)
Durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar. Maka marilah kita senantiasa berhati-hati dalam bergaul dengan orang tua. Patuhilah kepada keduanya jangan sampai mengecewakan. Jika terlanjur berbuat kesalahan kepada mereka segeralah minta maaf.
Sikap dan tutur kata terhadap orang tua
Salah satu cara berbakti kepada orang tua ialah bersikap dan bertutur kata yang baik. Dalam pergaulan sikap dan tutur kata yang baik sangat diperlukan, agar pergaulan dapat berjalan dengan baik. Sebaliknya sikap dan tutur kata yang jelek akan mengakibatkan percekcokan dan perpecahan. Hal ini kalau dihadapan orang tua berarti tidak sopan dan bahkan akan meningkat menjadi durharka kepadanya.
Bila kita bergaul dengan siapapun juga sikap dan tutur kata yang baik wajib dilakukan. Apalagi terhadap orang tua yang telah memelihara kita. Tetapi kadang-kadang ada yang terbalik. Terhadap orang lain hormat, tetapi terhadap orang tua malahan seenaknya (tidak hormat). Itu adalah keliru.
Yang harus diperhatikan secara khusus adalah ketika orang tua kita sudah tua. Apalagi kalau mereka sudah pikun dan merepotkan. Jika diajak berbicara kadang-kadang salah tafsir, sering marah dan sebagainya. Dalam hal ini Allah memperingatkan bagaimana kita harus bersikap yaitu dengan firmannya yang artinya :”Jika salah seorang diantara keduanya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu berkata ‘aah.atau .cih’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” QS  Al Isra : 23.
Jadi sikap kita pada orang tua itu seharusnya lemah lembut dan dengan perkataan yang baik. Berkata aaah atau cih akan menyakitkan hati orang tua kita. Perkataan yang lain yang menyakitkan hati orang tua kita juga dilarang termasuk memaki dan membentak.
Ditulis ulang oleh:
BUDHI TRI MARYANTO-SMP MUHAMMADIYAH 3 CAWAS-VIIIB
Taksaka Wulung – taksaka.foundation@gmail.com
DARI BUKU:
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SMP-KELAS 2 –SEMESTER 1; Tahun 1982
PENYUSUN: DRS .Sochib Dimjati, Imronijah B.A ,
 PENERBIT: Tiga Serangkai - Solo
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar