Jumat, 13 September 2013

SEJARAH PENGUMPULAN AL QURAN




Al Qur’ an di Masa Nabi Muhammad SAW
Seperti kita ketahui bahwa wahyu Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur. Kadang-kadang satu ayat, beberapa ayat, atau satu surat,  menurut situasi pada saat itu. Setiap wahyu itu turun, Nabi memerintahkan kepada para sahabat untuk menghafal dan menulisnya.
 https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS2ZaQgbqUHwSmzUxBNYW79ZFpWU6y10aof6OheaS_hACAY28IqwASaat  itu bangsa Arab belum mengenal kertas, maka penulisan ayat-ayat pada batu, pelepah kurma,  dan kulit binatang. Urutan ayat dan surat ditentukan oleh Nabi, dan beliau mempunyai seorang sekretaris pribadi sebagai penulis wahyu. Di antara mereka yang terkenal adalah Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, Ubay bin Ka’ab, Muawi’yah dan Zaid bin Tsabit.
Untuk menjaga kemurnian Al Qur’an, Nabi melarang menulis Hadist. Hal itu dimaksudkan agar tidak bercampur dengan penulisan Al Quran. Di samping itu Nabi selalu menganjurkan agar para sahabat senantiasa membaca, menghafal dan diwajibkan membaca ketika shalat.
Maka setelah Al Qr’an selesai diturunkan dan Rasullulah SAW wafat, para sahabat sudah hafal Al Qur’an. Banyak sahabat yang hafal seluruhnya dan tak satupun ayat yang tidak ditulis oleh para sahabat.
Al Qur’ an di Masa Abu Bakar dan Umar
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, para sahabat dengan sepakat mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah. Dalam hal pemeliharaan Al Qur’an waktu itu Umar Bin Khathab menyarankan agar dikumpulkan menjadi satu mushaf. Karena saat itu Al Qur’an tulisannya masih bercerai berai di tangan para sahabat. Alasan Umar tentang usulan itu karena kawatir sebelum Al Qur’an dikumpulkan menjadi satu mushaf, para sahabat yang hafal Al Qur’an semakin habis. Sebab  sewaktu perang Yammamah ada lebih kurang 70 sahabat yang hafal Al Qur’an gugur. Akhirnya setelah dibicarakan saran Umar itu diterima.
Selanjutnya Abu Bakar menunjuk Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan tulisan-tulisan Al Qur’an menjadi satu. Zaid lalu bekerja dengan tekun dan teliti. Dia mengumpulkan dari catatannya sendiri, catatan sahabat lainnya serta dari para penghafal Al Qur’an, kemudian dicocokkan dengan dua orang saksi. Akhirnya Al Qur’an telah ditulis Zaid bin Tsabit secara lengkap pada lembaran-lembaran. Urutan ayat dan surat sesuai dengan ketetapan Rasulullah SAW. Lembaran-lembaran  Al Qur’an itu dijadikan satu Mushaf diikat dengan benang. Mushaf itu disimpan oleh Abu Bakar sampai beliau wafat.
Di masa khalifah Umar Bin Khathab, mushaf tadi dipindah ke rumah beliau sampai akhir pemerintahannya. Setelah Umar wafat, mushaf itu dipindahkan ke rumah hafsah putri Umar.

Al Qur’ an di Masa Utsman bin Affan
Islam waktu pemerintahan Utsman bin Affan telah tersebar luas. Di sebelah timur sampai Armenia dan Azerbeidzan, sedangkan sebelah barat sampai Mesir dan Tripoli. Di mana umat Islam berada, disanalah Al Qur’an sebagai pedoman atau imam.
http://www.bubblews.com/assets/images/news/1290570167_1360757938.jpgKetika Rasulullah SAW mengajarkan Al Qur’an memberikan kelonggaran dalam hal dialek. Hal itu dimaksudkan untuk memudahkan penerimaan Al Qur’an bagi para sahabat yang terdiri dari bermacam-macam suku. Setiap suku mempunyai dialek yang berbeda-beda. Tetapi akhirnya di masa Utsman, perbedaan dialek itu menimbulkan pertikaian dalam membaca Al Qur’an.

Untuk pemeliharan dan kemurnian Al Qur’an, lalu Ustman mengambil langkah. Yakni dengan membentuk sebuah panitia untuk membukukan Al Qur’an. Pembukuan itu menyalin mushaf yang disimpan Hafsah. Panitia tadi diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Sedang anggotanya ialah Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin ‘Azh dan Abdur Rahman bin Harits.
Dalam pelaksanaan tugas ini Utsman menasehati agar mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al Qur’an. Jika terjadi perbedaan tentang bahasa atau bacaan, harus ditulis menurut dialek Quraisy, sebab Al Qur’an diturunkan menurut dialek Quraisy.
Karya panitia tadi menulis Al Qur’an menjadi 5 Mushaf. Kemudian yang 4 buah dikirim ke Mekkah, Siria, Kufah dan Basrah. Sedangkan satu buah ditinggal di Madinah untuk Utsman sendiri, itulah yang dinamakan “Mushaf  Al Imam” (Mushaf Utsman).
Langkah Ustman selanjutnya ialah memerintahkan untuk mengumpulkan lembaran-lembaran tulisan Al Qur’an yang ditulis sebelumnya lalu dibakar. * Hal ini untuk menjaga kemurnian Al Qur’an yang telah ditulis oleh panitia di atas. Akhirnya secara bersambung Al Qur’an yang sampai kepada kita ini adalah turunan dari Mushaf di zaman penulisan Utsman bin Affan r.a.
Adapun hikmah pembukuan Al Qur’an di masa Utsman ialah menyatukan kaum muslimin pada satu Mushaf yang seragam ejaan bacaannya, menyeragamkan susunan surat-surat sesuai petunjuk Nabi.





Ditulis oleh:
BUDHI TRI MARYANTO-SMP MUHAMMADIYAH 3 CAWAS-VIIIB
Taksaka Wulung – taksaka.foundation@gmail.com
DARI BUKU:
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SMA-KELAS 1 –SEMESTER 1; PENYUSUN: DRS .H ABU AHMADI, DRS. JUMARI ISMANTO, DRS. HMA. ABD. ROHMAN
PENERBIT: C.V TOHA PUTRA SEMARANG
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar