Setelah shalat di masjid selesai, kadang ada anak
kecil yang menyalami jamaah satu persatu. Saat itu kadang saya merasa
terganggu, karena saat itu pandangan saya tertuju pada anak itu. Dzikir saya
hentikan sesaat.
Tetapi ini pemandangan yang sangat menyenangkan. Jadi
saya menikmatinya. Anak kecil itu berani dan lucu. Tidak setiap anak kecil bisa
seperti itu. Ia mendatangi para orang tua (bapak) dan mengajaknya untuk
salaman. Bukan hanya salaman, ia juga mencium tangan atau menempelkan tangan di
dahinya.
Kadang anak itu harus bersabar karena menunggu agak
lama. Orang yang diajak salaman sedang menunduk atau memejamkan mata. Anak itu
lalu memanggil namanya. Waktu giliran ke kakeknya yang duduk di sebelah saya,
ia memanggil, "Abah!" Kakeknya itu tidak tahu kehadiran cucunya di
depannya. Kakeknya itu sedang memejamkan mata. Setelah tersentak (mengetahui)
lalu menyalami cucunya. Anak itu lalu berpindah ke bapak yang lainnya.
Setelah semua orang selesai disalami, anak itu
langsung berlari keluar dari masjid. Ia pulang bersama teman-temannya yang
sudah menunggu di luar. Dari sekian anak yang hadir, hanya anak itu yang
melakukannya. Di tempat lain saya pernah melihat juga anak yang lebih kecil.
Jalannya masih tertatih, mungkin usianya sekitar 2-3 tahun. Tetapi anak ini
sudah besar, sepertinya sudah sekolah TK.
Saat pulang shalat isya' tadi malam saya melihat anak
itu sedang berusaha masuk rumah kakeknya yang berdekatan dengan rumah tempat
saya tinggal. Bapaknya menunggu dari kejauhan (perempatan), jaraknya sekitar
20m.
Rumah kakeknya (Pak RW) itu pagarnya sulit dibuka.
Anak itu kesulitan untuk membukanya. Ia tidak bisa meraih pengaitnya. Lalu saya
dekati anak itu. Saya bertanya, "Dhik, mau dibantu nggak?" Anak itu
tetap diam, tetapi ia terus berusaha membuka pengaitnya. Saya memperhatikan
bapak dari anak itu yang melihat kami.Saya ulangi pertanyaan saya, "Dhik,
mau dibantu nggak?" Anak itu tidak menjawab pertanyaan saya. Ia terus
berusaha membuka pengait pintu pagar.
Lalu saya mencoba membuka pengait pintu di bagian
atas. Saya sudah berhasil membuka pengaitnya, tetapi pagar masih juga tidak
bisa dibuka. Saya mulai agak tertekan. Jangan-jangan dikunci. Lalu saya lihat
di bagian bawah pagar. Ternyata ada pengaitnya juga. Saya membuka pengait itu.
Akhirnya pintu pagar bisa dibuka. Anak itu masuk ke dalam rumah kakeknya.
Saya memperhatikan bapak anak itu berjalan mendekat
dari perempatan. Tetapi saya tidak tahu apakah ia juga masuk ke rumah Pak RW.
Saya langsung pulang.
Setelah membantu anak kecil itu saya teringat pada
masa kecil saya yang telah berlalu. Saya pernah menangis di samping rumah
karena tidak dibukakan pintu. Saat itu di malam hari, saya bermain dan
pulangnya tengah malam. Lalu tetangga --Pakdhe Mangun (Semoga Allah
mengasihinya) mendatangiku. Ia memintaku untuk tidur di rumahnya. Saya ikuti
sarannya. Saya tidur di rumah tetangga saya itu sampai pagi.
Pernah saya mencari rapak (daun tebu yang sudah
kering) dengan sepeda. Karena berat dan jalannya berlumpur saya kesulitan.
Sepeda saya tidak mau jalan, penuh lumpur. Saat itu saya menangis. Lalu datang
seorang bapak membantu saya. Yang saya tahu ia berasal dari desa tetangga.
Sampai sekarang saya masih ingat orangnya ketika bertemu. Tetapi saya tidak
pernah tahu namanya. Jarang sekali saya bertemu dengannya apalagi bicara.
Kembali ke anak itu. Anaknya paling aktif dibanding
anak yang lainnya. Belakangan saya tahu, anak kecil itu bernama,
"Umar." Saya teringat nama sahabat Rasulullah SAW, namanya Umar bin
Khattab RA. Saya membayangkan ada sifat beliau yang ada pada anak itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar